Oleh : Safira Tri Ningsih )*
Para pemuda diharap berpartisipasi aktif dalam Pemilu, karena mereka adalah harapan bangsa. Caranya dengan aktif mendukung capres pilihannya (dengan cara yang positif) dan mengkampanyekan anti golput (golongan putih). Pemuda harus ikut dalam pemilihan umum karena berperan penting dalam menentukan arah Indonesia ke depannya.
Pemilihan umum (pemilu) adalah ajang di mana rakyat memilih sendiri presidennya, juga anggota legislatif. Pemilu berlangsung dengan meriah. Terlebih ketika rakyat bisa mencoblos gambar calon presiden (capres) sendiri, setelah pada Orde Baru hanya bisa memilih partai, sementara presidennya tidak pernah berganti.
Para pemuda ikut serta dalam memeriahkan pemilu. Bukan hanya sebagai pemberi suara. Namun juga menjaga agar tidak terjadi perpecahan ketika masa kampanye sampai setelah pemilu. Saat para pemuda berperan dalam pemilu maka optimis acara ini akan sukses, tanpa ada kericuhan, baik di dunia nyata maupun dunia maya.
Partisipasi pemuda sangat penting agar mensukseskan Pemilu 2024. Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyatakan bahwa uara generasi muda sangat menentukan hasil Pemilu dan Pilkada Serentak 2024. Diperlukan literasi politik yang memadai, agar mempunyai kesadaran dan pemahaman dalam menentukan pilihan politik.
Bambang Sosatyo meneruskan, kehadiran Dewan Pimpinan Pusat Forum Alumni Badan Eksekutif Mahasiswa (DPP FA-BEM) yang dipimpinan Ketua Umum Zainudin Arsyad dan Sekjen Rafli Maulana, bukan sekadar menjadi ajang silaturahmi alumni, melainkan juga wadah berpikir para intelektual untuk meningkatkan literasi politik generasi muda.
Dalam artian, para pemuda diharap ikut aktif dalam Pemilu dan meningkatkan literasi politik. Jangan bersikap skeptis dan berkata bahwa siapapun presidennya hasilnya sama saja, karena beda pemimpin pasti beda hasil. Mereka harus aktif dalam Pemilu dan menggunakan hak pilihnya, karena akan menentukan arah Indonesia ke depannya.
Jumlah pemuda saat ini sekitar 65,82 juta, atau setara 24 persen dari total populasi. Penambahan pemilih muda pada Pemilu 2024 diperkirakan mencapai 20 persen dari Pemilu 2019. Hingga Februari 2023, tercatat jumlah pemilih mula mencapai 117 juta pemilih, atau sekitar 57,3 persen dari total pemilih.
Bambang Sosatyo menjelaskan, sebagian besar pemuda di Indonesia memiliki latar belakang pendidikan tingkat menengah ke bawah. Menurut data BPS, pada tahun 2022, jumlah lulusan SMA tercatat sebesar 39,6 persen, dan lulusan SMP sebesar 35,78 persen. Sedangkan jumlah lulusan perguruan tinggi hanya mencapai 10,97 persen. Kondisi ini jika tidak disikapi dengan bijaksana, dapat berakibat gradasi dalam kualitas pilihan politik generasi muda.
Antusiasme pemuda untuk berpartisipasi pada Pemilu 2024, tidak serta merta berbanding lurus dengan minat mereka untuk bergabung dengan partai politik. Hasil survei yakni 13,6 persen pemuda yang menyatakan tertarik bergabung dengan partai politik, dan hanya 1,1 persen yang sudah benar benar berafiliasi dengan partai politik. Hasil ini mengindikasikan masih kuatnya perspektif atau stigma negatif pemuda dalam memaknai eksistensi partai politik.
Stigma negatif Pemilu bisa dilawan dengan meningkatkan kemampuan literasi politik. Cara untuk meningkatkan literasi politik adalah dengan mengenali siapa saja calon presiden pada Pemilu 2024 mendatang dan dilihat visi dan misinya. Dengan begitu para pemuda bisa memilih capres mana yang cocok dan dianggap bisa memimpin Indonesia selama 5 tahun mendatang. Keaktifan pemuda dalam Pemilu akan mensukseskan program ini.
Para pemuda juga dilarang keras untuk melakukan golput. Maraknya golput membuat pemerintah khawatir karena berbahaya dan tidak bisa memperbaiki nasib bangsa. Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyatakan bahwa rakyat Indonesia wajib menggunakan dan tidak menyia-nyiakan hak pilihnya dengan berbagai alasan.
Prabowo menambahkan, golput sangat merugikan karena mereka yang tidak menggunakan hak pilihnya sama saja dengan membuang kesempatan. Nasib rakyat ditentukan oleh pemilu sehingga jika banyak orang yang golput sama saja merugi.
Dalam artian, golput bukan solusi untuk memperbaiki nasib bangsa. Penyebabnya karena jika banyak orang yang tak menggunakan hak pilihnya, maka masa depan Indonesia dipertaruhkan.
Oleh karena itu para pemuda dilarang keras untuk golput karena merugikan dirinya sendiri dan mempertaruhkan masa depan Indonesia. Jika ada banyak surat suara yang kosong maka akan merugikan karena ada potensi disalahgunakan oleh oknum. Surat suara tersebut bisa saja ditusuk dengan paku atau dicoret bolpen, lalu terjadi kecurangan. Partai yang terpilih bukan 100% dari pilihan rakyat, tetapi merupakan buah dari kejahatan para oknum yang bertugas di TPS.
Para pemuda diharap untuk berpartisipasi secara aktif dalam Pemilu 2024, baik dengan berkampanye, atau minimal mengenali siapa saja capres dalam pemilihan umum mendatang. Mereka tidak boleh skeptis, bahkan melakukan golput, karena akan mencederai masa depan Indonesia. Pemuda harus aktif dalam Pemilu demi Indonesia yang lebih baik.
)* Penulis adalah Kontributor Daris Pustaka