Oleh : David Kiva Prambudi )*
Setelah sukses menyelenggarakan Presidensi G20 Indonesia, pada tahun 2023 ini Indonesia kembalidipercaya untuk menjadi Chairmanship ASEAN 2023. Dengan pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN yang hampir selalu berada di atas rata-rata pertumbuhan dunia, Indonesia mengusung tema “ASEAN Matter: Epicentrum of Growth”.
Sebagai informasi, Indonesia telah empat kali memegang keketuaan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), yaitu di tahun 1976, 1996, 2003, dan terakhir di tahun 2011. Di tiap periode keketuaan tersebut, Indonesia harus menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan politik Kawasan dan internasional yang tidak mudah. Keketuaan Indonesia untuk ASEAN di tahun2023 memiliki tantangan dan permasalahan internasionalyang cukup kompleks, baik dari segi geopolitik maupunekonomi.
Tantangan datang dari persaingan negara besar, seperti antara Amerika Serikat dan Tiongkok dan Amerika Serikat dan Rusia. Tantangan juga datang dari keadaanekonomi yang masih dalam kondisi pemulihan pascapandemi Covid-19 yang kemudian menimbulkan berbagaikrisis ekonomi, pangan, energi, hingga perang. Disampingisu Myanmar yang kembali menguji kapasitas dan efektivitas ASEAN dalam mengatasi permasalahaninternal.
Berbagai tantangan berpotensi untuk mengancamstabilitas kawasan, melemahkan sentralitas, dan mengancam relevansi ASEAN sebagai aktor yang berperan dalam membentuk tatanan di kawasan Asia Tenggara dan Indo-Pasifik. Untuk itulah, keketuaanIndonesia pada tahun 2023 yang mengangkat temaASEAN Matters: Epicentrum of Growth menjadi semakinrelevan dalam menjadi jangkar stabilitas dan kemakmuranregional di Indo-Pasifik, dengan menjadi fasilitatormenjadikan ASEAN relevan dan penting, tidak saja bagirakyat Indonesia, tetapi juga bagi rakyat ASEAN dan rakyat di luar ASEAN.
Indonesia mengangkat tiga klaster utama agenda prioritas, yaitu recovery-rebuilding, digital transformation, dan sustainability. Hal ini sekaligus meresonansi agenda Presidensi G20 Indonesia di tahun 2022 serta diharapkanmampu menjadikan kawasan ASEAN sebagai pusatpertumbuhan yang stabil, damai, dan menjadi jangkarstabilitas perekonomian dunia.
Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menilai peran Keketuaan Indonesia dalam ASEAN 2023 merupakan bagian dari tahapanmenuju terciptanya ASEAN Economic Community (AEC) 2025 yang saling terkoneksi, inklusif dan sejahtera pada 2025. Kepemimpinan Indonesia di tingkat global dalamPresidensi G20 Jalur Keuangan terus berlanjut melaluiKeketuaan Indonesia di ASEAN 2023 dalam jalurekonomi, khususnya pilar keuangan.
Dalam KTT ASEAN 2023 ini, Jokowi mengungkapbeberapa hasil kesepakatan yang telah disetujui oleh semua negara anggota ASEAN, yakni pertama, ASEAN Leaders’ Statement on the Recent Attack on a Convoy of the AHA Centre and ASEAN Monitoring Team in Myanmar , yang mengutuk kekerasan yang dilakukan oleh Junta Militer Myanmar termasuk terhadap serangan kepadaAHA-Centre di negara bagian Shan pada 7 Mei 2023 lalu.
Kedua, ASEAN Leaders’ Statement on The Development of The ASEAN Community’s Post-2025 Vision yakni kesepakatan terhadap upaya berkelanjutanterhadap perumusan Visi ASEAN Pasca-2025 yang akanmenjadi panduan kawasan dan mempertahankanrelevansi ASEAN dalam menghadapi tantangan regional dan global. Selanjutnya ketiga adalah ASEAN Leaders’ Statement on Strengthening ASEAN’s Capacity and Institutional Effectiveness, Keempat, ASEAN Leaders’ Declaration on Combating Trafficking in Persons Caused by The Abuse of Technology, yakni terkait perkembanganteknologi informasi dan komunikasi pasca pandemi Covid-19 yang telah memfasilitasi kegiatan kriminaltransnasional sehingga dibutuhkan upaya koordinasi dariASEAN untuk memberantas sindikat perdagangan orang.
Kelima adalah ASEAN Leaders’ Declaration on Developing Regional Electric Vehicle Ecosystem, tentangpengembangan kendaraan listrik sebagai bagian dariupaya ASEAN untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, percepatan transisi energi, dekarbonisasi sektortransportasi darat di kawasan, sehingga dapat mencapaitarget emisi net-zero. Keenam, ASEAN Leaders’ Declaration on Advancing Regional Payment Connectivity and Promoting Local Currency Transaction, dan ketujuhASEAN Declaration on The Placement and Protection of Migrant Fishers, yaotu perlindungan nelayan migranmelalui kebijakan, mekanisme, dan proses migrasi, termasuk dengan mitra eksterna ASEAN dan entitasinternasional yang relevan.
Selanjutnya terdapat juga ASEAN Declaration on The Protection of Migrant Workers and Family Members in Crisis Situations, penyesuaian kebijakan untuk memberibantuan kepada pekerja migran dalam situasi krisis, termasuk dalam tahap respons cepat mapun pemulihan.Dan, ASEAN Leaders’ Declaration on One Health Initiative, membahas pembentukan ASEAN One Health didukung oleh Sekretariat ASEAN untuk mengembangkandan memperkuat kerja sama serta koordinasi multisektoraluntuk membentuk mekanisme nasional One Health Initiative di setiap negara anggota ASEAN.
Sementara itum terkait ASEAN Leaders Joint Statement on The Establishment of an ASEAN Villages Network, disepakati pembentukan ASEAN Villages Network dengan tujuan memfasilitasi kerja sama antardesa dan memberdayakan desa untuk mempercepattransformasi pedesaan.
Sebagai Ketua, Indonesia berkeinginan untukmemperkuat kapasitas dan efektivitas kelembagaanASEAN agar mampu menjawab tantangan 20 tahun kedepan. Indonesia bertekad mengawal menuju ASEAN 2045, yang perlu senantiasa lebih adaptif, responsif, dan kompetitif. Semua itu harus diperjuangkan dengan cara“ASEAN way” yang sejalan dengan semangat kerja samadan implementasi prinsip Piagam ASEAN.
Pemerintah yakin bahwa inisiatif yang disusunIndonesia akan mendukung ASEAN yang lebihterintegrasi pasca tahun 2025, tangguh terhadaptantangan krisis di masa datang, serta menjadikan ASEAN memiliki peranan penting di kancah global, terutama di kawasan Indo-Pasifik.
)* Penulis adalah Kontributor Yudistira Institute