Oleh : Timotius Gobay )*
KST dikecam masyarakat karena mengajak anak SMP untuk ikut dalam penyerangan. Mereka merusak masa depan anak muda Papua yang seharusnya masih dalam masa belajar. Namun malah diajak untuk bertempur dan memberontak. KST harus diberantas agar para pemuda di Bumi Cendrawasih terselamatkan masa depannya.
Papua identik dengan keindahan alamnya dan juga sumber tambangnya berupa tembaga berkualitas tinggi. Namun sayangnya Papua juga terkenal akan KST (kelompok separatis dan teroris) yang menjadi pengacau dan mencemarkan nama baik Bumi Cendrawasih. Kelompok pemberontak ini sudah berkali-kali melakukan aksi yang merugikan masyarakat dan sampai mengancam nyawa.
Mirisnya lagi, anggota KST tak hanya dari para pemuda dan kaum tua tetapi juga anak SMP. Hasil penyelidikan dari Polres Intan Jaya, Papua Tengah, menyatakan bahwa anak-anak SMP direkrut oleh KST lalu ‘menghilang’ dan tiba-tiba muncul ke publik. Namun ia datang sambil membawa senjata api dan mencoba untuk menembak rakyat sipil.
Hasil penyelidikan aparat terbukti ketika KST melakukan penyerangan lagi. Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Kav Herman Taryaman mengungkapkan gerombolan KST Papua kembali menyerang aparat di Intan Jaya, Papua tengah pada Minggu dan Senin tanggal 23 dan 24 April 2023 di Kampung Sambili, Kusage, dan Mamba Bawah. Selain melakukan penyerangan terhadap aparat, mereka juga rebut dengan warga kampung.
Kolonel Kav Herman Taryaman menambahkan, KST melibatkan pelajar SMP dan SMA untuk menyerang personel TNI. Masyarakat setempat pun mulai gerah dan mengusir para anggota gerombolan KST atau KKB Papua keluar dari kampung mereka. Masyarakat melakukannya karena KST sangat meresahkan.
KST sangat keterlaluan karena merekrut anak muda yang seharusnya sekolah di SMP dan SMA tetapi malah dihancurkan masa depannya. Para pemuda Papua diajak jadi anggota KST lalu diarahkan jadi penembak jitu, lalu melakukan pemberontakan. KST sudah melakukan cuci otak dan mempengaruhi mereka untuk ikut membenci pemerintah Indonesia.
Anak muda yang polos malah diajari mengokang senjata dan jadi pemberontak cilik. Padahal seharusnya mereka menikmati masa muda yang indah dan belajar dengan tekun. Namun malah diajak memberontak dan putus sekolah.
Ditengarai anggota KST yang merekrut anak muda tersebut adalah S Waker. Ia sudah beberapa bulan ini menculik para pemuda lalu dilatih untuk jadi kader baru. Dikatakan menculik karena orang tua anak SD tersebut tidak tahu bahwa anak-anaknya dilatih jadi anggota KST.
Sementara itu, peneliti Veronica Koman menyatakan bahwa KST merekrut anak-anak muda dan mempengaruhi mereka untuk membenci pemerintah. Dalam artian, KST telah mengajari para pemuda hal yang salah, karena Indonesia tidak pernah menjajah Papua. Namun anak-anak muda tersebut terlalu polos dan percaya, lalu mau saja direktur KST.
Masyarakat mengecam aksi KST karena sudah melanggar banyak peraturan. Mereka keterlaluan karena merekrut anak SMP jadi penembak dan pemberontak. Meski yang diambil adalah anak putus sekolah, tetapi tetap saja mereka belum cukup umur karena memang usianya belum 17 tahun. Anak-anak seharusnya belajar di rumah, jika memang sudah tak bersekolah. Namun malah dilatih untuk melawan aparat, sungguh mengenaskan!
Jika pentolan KST tertangkap maka bisa terkena pasal penculikan anak di bawah umur dan mendapat hukuman setimpal. Perlu ada penegasan dan penegakan hukum bagi KST terutama yang jadi perekrut anak-anak SMP. Pasalnya ulah mereka sudah keterlaluan, dan membuat orang tua anak itu juga kehilangan.
Bagaimana bisa anak SMP yang masih polos malah dibujuk dan dijadikan kader baru? Alasan KST selalu sama: regenerasi, karena memang dengan cara ini anggota mereka tidak akan habis termakan usia. Namun tetap saja amat kejam karena anak SD sudah putus sekolah malah diajak untuk memberontak dan jadi preman cilik.
Apalagi anak-anak SMP yang masih polos diajari untuk memberontak, yang jelas melanggar hukum. Masih kecil sudah diajari cara mengokang senjata api, membedakan jenis-jenis pistol, membidik panah, dll. Pelajaran ini belum waktunya dan memang haram karena mereka bukan aparat yang berwenang untuk melakukannya.
Orang tua di Papua perlu mengawasi anaknya dengan ketat agar tidak terbujuk oleh rayuan KST. Jika memang anak-anaknya tidak ke sekolah karena alasan biaya atau yang lain, maka diarahkan untuk belajar sendiri atau jadi wirausahawan. Dengan begitu mereka akan sibuk dan tidak akan mau ketika diculik oleh KST dan dijadikan kader baru.
Para orang tua juga wajib memberi pengertian kepada anak-anaknya, kalau bisa sedini mungkin, bahwa KST adalah penghianat negara karena ingin memberontak. Jangan mau berurusan dengan KST karena didikan mereka kejam, jika salah maka nyawa taruhannya. Dengan memegang senjata api bukannya keren tetapi malah bisa mematikan diri sendiri.
KST telah merektur anak-anak muda seusia SMP-SMA untuk jadi anggota baru. Mereka merusak masa depan para pemuda Papua. Masyarakat mengecam keras perbuatan KST karena merugikan rakyat di Bumi Cendrawasih dan memberi pengaruh negatif kepada anak-anak muda.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Bali