Oleh : Alfred Jigibalom
TNI melakukan operasi siaga tempur sebagai upaya untuk menumpas Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua. Operasi dilakukan karena kelompok separatis ini semakin brutal. Korban KST terus bertambah dan mayoritas adalah warga sipil. Oleh karena itu operasi siaga tempur dilakukan demi keselamatan rakyat Papua.
Kelompok separatis dan teroris adalah salah satu problem di Papua dan mereka terus diburu agar tidak mengganggu masyarakat. Penyebabnya karena kelakuan KST sudah di luar batas dengan melakukan pembunuhan dan berbagai teror yang merugikan masyarakat.
Dalam rangka pemberantasan KST maka TNI mengadakan operasi siaga tempur. Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menyatakan bahwa status operasi di Nduga, Papua Pegunungan, ditingkatkan menjadi siaga tempur imbas serangan KST. Yudo menegaskan peningkatan status operasi itu diperlukan saat ini. Dari awal sudah direncanakan operasi penegakan hukum, yakni dengan cara soft approach. Namun dengan kondisi seperti ini, khususnya di daerah tertentu, operasi diubah menjadi siaga tempur.
Laksamana Yudo melanjutkan, peningkatan status operasi ini untuk meningkatkan naluri bertempur prajurit. Akan tetapi, operasi humanis tetap dilakukan untuk seluruh masyarakat Papua. Hal itu dilakukan agar TNI dan masyarakat bersama-sama menjaga keamanan.
Sebagaimana diketahui, KST Papua telah melakukan penyerangan kepada Personel TNI/Polri yang sedang melakukan upaya evakuasi dan pencarian pilot Susi Air Pada 15 April 2023 lalu. Insiden tersebut mengakibatkan empat orang personel TNI/Polri gugur, yaitu Pratu Miftahul Arifin, Pratu Kurniawan, Pratu Ibrahim, dan Prada Syukra.
Masyarakat mendukung penuh operasi siaga tempur. Mereka percaya bahwa TNI adalah sahabat rakyat dan operasi ini tidak akan menyakiti penduduk Papua. Namun, operasi siaga tempur justru dilakukan untuk melindungi warga di Bumi Cendrawasih agar tidak terkena serangan KST.
Masyarakat Papua mendukung TNI untuk melanjutkan operasi siaga tempur dalam rangka pemberantasan KST. Pasalnya, KST sudah berkali-kali melakukan penyerangan dan membuat korban luka-luka serta korban jiwa. Jangan sampai ada korban selanjutnya dari warga sipil, sehingga KST harus diberantas dengan cara operasi pemberantasan yang masif.
KST terus melakukan penyerangan dan memakan korban luka-luka, bahkan korban jiwa. Oleh karena itu TNI dengan dibantu Polri terus siaga dalam rangka pemberantasan KST. Mereka bersiaga demi keamanan warga Papua.
Beberapa waktu lalu pasukan TNI ditambah sebanyak 890 orang. Penambahan jumlah anggota TNI ini dilakukan untuk mendukung operasi siaga tempur dan mensukseskan pemberantasan KST. Masyarakat mendukung TNI agar Papua aman tanpa ada gangguan dari kelompok separatis yang mengerikan.
Dalam siaran pers Humas Satgas Damai Cartenz disebutkan bahwa tim gabungan TNI dan Polri berhasil memetakan tempat-tempat persembunyian anggota KST. Lokasinya tidak hanya di Intan Jaya, tetapi juga di Distrik Iwika, Mimika, dan daerah-daerah lain. Dengan pemetaan ini maka penangkapan akan lebih terstruktur dan diprediksi berhasil 100%.
Pasukan TNI yang melakukan operasi siaga tempur didukung oleh Satgas Damai Cartenz yang merupakan gabungan dari Polri dan TNI. Mereka bekerja sama dalam memberantas KST dan mengamankan seluruh wilayah Papua.
Sementara itu, Deputi V KSP (Kantor Staf Presiden) bidang Hukum, Keamanan, dan HAM Jaleswari Pamodhowardani menjelaskan bahwa KST sangat brutal, oleh karena itu aparat harus bertindak dan melakukan penegakan hukum secara tuntas pada KST.
Jaleswari menambahkan, KST pantas ditangkap karena mereka mengganggu masyarakat sipil. Mereka juga merusak fasilitas umum dan fasilitas kesehatan. Bahkan terakhir, KST tega menyerang para tenaga medis di Kiwirok dan menimbulkan korban jiwa, padahal saat itu sedang bertugas untuk memeriksa kondisi kesehatan rakyat di sana. Oleh karena itu penangkapan KST oleh aparat didukung penuh.
Dalam artian, operasi siaga tempur didukung oleh banyak pihak. Termasuk Mananwir Hengky Korwa, Kepala Suku Biak Provinsi Papua Barat. Mananwir menyatakan bahwa kebrutalan KST bukanlah budaya asli Papua. Penyerangan yang mereka lakukan adalah tindakan yang tidak manusiawi, dan melukai warga Papua, terutama yang bermukim di Biak. Oleh karena itu ia meminta warga untuk mendukung TNI dan Polri dalam rangka pemberantasan KST. Masyarakat juga diminta untuk tenang dan tidak terpengaruh oleh berita hoaks yang disebarkan oleh KST.
Dalam artian, kepala suku di Papua malu akan keberadaan KST, karena mencoreng nama baik warga di Bumi Cendrawasih. Sebenarnya orang asli Papua baik-baik dan KST hanya oknum yang bertindak kasar, dan tidak mencerminkan sifat asli warga Papua. Sang kepala suku meminta agar TNI dan Polri menindak KST dengan tegas karena aksi mereka makin membahayakan warga Papua, dan ia juga mendukung operasi siaga tempur TNI.
Banyak pihak mendukung operasi siaga tempur yang dilakukan oleh TNI, mulai dari politisi sampai kepala suku di Papua. KST sudah keterlaluan dengan menghilangkan banyak nyawa di Papua dan mengganggu kemanan warga. Oleh karena itu seluruh masyarakat Papua mendukung TNI melaksanakan operasi siaga tempur, dalam rangka pemberantasan KST.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Bali