Oleh : Timotius Gobay )*
Ulah kelompok separatis teroris (KST) sudah terbukti membuat masyarakat di Papua resah. Kelompok tersebut seakan gemar merusak kedamaian di Papua. KST sendiri kerap melancarkan serangan kepada warga sipil, bahkan mereka juga telah membakar fasilitas umum yang membuat masyarakat Papua merasa diteror oleh kehadiran KST.
KST kembali melakukan aksi brutal dengan menyerang personel keamanan pada Sabtu (15/4) kemarin. Kali ini, KST menyerang Satgas Yonif R 321/GT TNI yang bertugas di wilayah Mugi-Mam, Kab. Nduga, Papua sekitar pukul 16.30 WIT. Terkait hal itu, Kapendam XVII/Cenderawasih, Kolonel Kav Herman Taryaman mengatakan, ada prajurit TNI yang gugur dalam insiden tersebut. Namun demikian, dia belum dapat memastikan jumlahnya karena komunikasi dengan tim di lapangan masih terkendala cuaca dan medan.
Apa yang dilakukan KST ternyata tidak mendapatkan dukungan atau simpati dari masyarakat. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin besarnya keberanian masyarakat Papua untuk melaporkan kepada aparat keamanan terkait dengan keberadaan KST.
Komandan Komando Pelaksana Operasi (Dankolaksops) TNI Brigadir Jenderal Juinta Omboh Sembiring mengatakan bahwa masyarakat semakin berani melaporkan keberadaan KST kepada tim gabungan di Papua.
Dalam keterangan resminya, Brigjen TNI J.O. Sembiring mengatakan, masyarakat tidak boleh takut melaporkan keberadaan KST, bisa menggunakan radio seperti SSB yang ada di Kampung atau distrik.
Sembiring menuturkan, Tim Gabungan Kolaborasi TNI, Polri, Badan Intelijen Negara (BIN), Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dan pemangku kepentingan lainnya telah berhasil meyakinkan masyarakat Papua untuk rasa aman. Secara umum perkembangan keamanan Papua relatif kondusif. Hanya di beberapa wilayah yang masih ada gangguan keamanan dari gerombolan kelompok bersenjata.
Brigjen TNI J.O. Sembiring juga mengatakan akan segera mengerahkan aparat keamanan ke wilayah yang belum kondusif untuk menjaga keselamatan warga. Tim Gabungan juga meyakinkan warga bahwa pembangunan nasional di Papua akan tetap dilangsungkan.
Sembiring berujar, agar masyarakat bersedia untuk membangun Papua secara bersama-sama dan tidak ada lagi gangguan-gangguan keamanan yang dapat menghambat pembangunan Papua, sehingga diharapkan Papua akan menjadi wilayah yang sejahtera, aman dan damai.
Dirinya juga mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang telah berani melaporkan keberadaan KST. Laporan dari masyarakat akan ditindaklanjuti oleh tim gabungan dengan hasil menyita amunisi, senjata, peralatan komunikasi dan dokumen.
Jenderal bintang satu tersebut menilai, bahwa para pelaku teror merupakan penghambat pembangunan di Papua yang harus menjadi musuh bersama bagi siapa saja yang ingin Papua lebih maju.
Sebelumnya, KST sempat mengklaim bahwa kelompoknya mendapatkan dukungan dari rakyat Papua. Namun hal tersebut tenyata dibantah oleh Pdt. Jupinus Warna. Menurutnya salah besar jika KST dicintai rakyat. Karena faktanya KST justru melakukan teror tidak hanya kepada masyarakat sipil, tetapi juga melancarkan serangan ke aparat keamanan.
Bahkan KST sendiri sempat mengusir penduduk Papua hanya karena mereka tidak mau mendukung KST dan mengibarkan bendera berlogo bintang kejora. Tentu saja apa yang dilakukan oleh KST sungguh tidak pantas disebut sebagai perjuangan.
Segala bentuk serangan serta ancaman terhadap masyarakat Papua justru menunjukkan bahwa KST tidak menyukai kemajuan di Papua berkat kebijakan pembangunan yang diimplementasikan.
Hal tersebut terbukti bahwa ST memang tidak mendapatkan simpati dari masyarakat, karena mereka telah memaksa untuk mengibarkan bendera bintang kejora. Sedangkan masyarakat Papua yang menolak paksaan tersebut masih tetap setia dengan NKRI.
Masyarakat sipil Papua sudah pasti menginginkan perdamaian di Papua tanpa adanya desing peluru dari senjata milik KST. Jangan sampai keindahan Papua justru menjadi tempat di mana nyawa bisa terancam oleh peluru.
Eksistensi KST di Papua dengan semua aksi bejadnya selama ini pasti menimbulkan rasa takut yang tak berkesudahan bagi warga Papua. Tidak salah jika warga Papua meradang dan mengekspresikan kecemburuan mereka terhadap saudara-saudaranya sebangsa dan setanah air di wilayah lain yang boleh menikmati dinamika kehidupan normal tanpa rasa takut oleh serangan dadakan dari KST.
Jika selama ini KST menyatakan berjuang untuk melepaskan Papua dari NKRI, aksi tersebut nyatanya hanya membuat masyarakat takut, kenyataannya rakyat sipil menjadi korban kekerasan dan penembakan. Klaim perjuangan yang didengungkan oleh KST hanyalah ucapan yang cacat logika.
KST kerap berlindung di balik HAM ketika aparat tengah menjalankan tugasnya, tetapi kenyataannya KST juga memiliki persenjataan yang kerap digunakan untuk mengancam dan memberikan teror kepada masyarakat Papua yang tidak bersalah.
Keberadaan KST seperti benalu yang merusak rasa persatuan yang telah dibentuk. Mereka tak henti-hentinya mengkampanyekan kemerdekaan yang ternyata mereka hanya diperalat oleh kepentingan segelintir orang.
Kekejaman yang dilakukan oleh KST merupakan aksi kekerasan yang dilakukan di luar nalar serta akal sehat, serangan tersebut justru membuktikan bahwa KST telah mengabaikan Hak Asasi Manusia (HAM) dengan dalih merasa teraniaya dan ingin merdeka serta hidup mulia, tapi kenyatannya justru KST menolak kemajuan di Papua dan justru menambah panjang masa penderitaan rakyat.
KST telah menorehkan kasus-kasus berat, seperti pembunuhan masal, pencurian bahkan pembakaran fasilitas umum. Jika terdapat anggota KST yang tertangkap, tentu saja wajib mendapatkan hukuman berat untuk memberikan efek jera.
Masyarakat di Papua memiliki hak untuk merasakan kedamaian dan ketenangan, sehingga KST harus ditumpas demi kedamaian dan keamanan Papua. Wajar saja jika masyarakat di Papua tidak memiliki simpati kepada KST.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Gorontalo