Oleh : Ones Yikwa )*
KST menyebar hoaks dan menuduh aparat berbuat yang tak semestinya. Masyarakat Papua dihimbau untuk tidak mempercayai hoaks dan propaganda yang dibuat oleh kelompok separatis tersebut. KST sengaja menyebarkannya dan membuatfitnah, padahal hal tersebut tidak sesuai dengan fakta yang ada.
Hoaks adalah berita atau foto palsu yang sengaja disebar untuk tujuan tertentu, bisa jadi untuk menjungkalkan lawan politik atau membuat kerusuhan secara psikologis. Sayangnya beberapa tahun ini, kita seolah diserbu oleh keberadaan hoaks, terutama di dunia maya. Sehingga meresahkan masyarakat, dan mereka takut bahwa hoaks akan membawa korban jika tidak segera dihapuskan.
Salah satu hoaks yang tersebar adalah kabar yang menyebutkan bahwa aparat menembak warga lokal di Kabupaten Puncak. Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Kav Herman Taryaman angkat bicara terkait kabar prajurit TNI menembak seorang warga berinisial TM (35 tahun) di Kampung Pamebur, Distrik Yugumuak, Kabupaten Puncak, Papua Tengah, Minggu 5 Maret 2023.
Kolonel Kav Herman mengatakan, kabar itu adalah berita bohong alias hoaks yang sengaja disebar Kelompok Separatis Teroris (KST). Cara itu ditempuh KST dan simpatisan serta kelompok provokator maupun teroris ingin menjatuhkan wibawa aparat yang sedang fokus bertugas melindungi masyarakat.
Padahal yang benar adalah ketika TM ditembak oleh KST, langsung dilakukan evakuasi oleh prajurit TNI. Namun setelah itu KST masih bersembunyi lalu menembak aparat dan mengakibatkan 1 prajurit TNI meninggal dunia (Personel Yonif R 303/SSM). Saat ini prajurit tersebut sudah dimakamkan di Makassar, tempat asalnya.
Kolonel Kav Herman melanjutkan, beredarnya foto mayat korban meninggal dunia (warga berinisial TM tersebut) merupakan acara adat yang sengaja dilakukan oleh adat setempat karena merupakan korban penembakan dari pihak KST. Yang artinya acara adat untuk dilakukan aksi balas darah untuk pengganti korban meninggal dunia.
Masyarakat diminta untuk mewaspadai propaganda dan hoaks yang sengaja disebar oleh KST. Hoaks harus dihapuskan karena berita pendek yang tersebar, terutama di media sosial dan grup WA, malah mengacaukan keadaan. Bahkan ia bisa menyebabkan gesekan antara warga dengan aparat. Padahal kehadiran aparat di Papua untuk menjaga masyarakat dari ganasnya KST.
Ingatlah bahwa aparat adalah sahabat rakyat. Mereka ada untuk melindungi masyarakat, apalagi di daerah yang rawan seperti Kabupaten Puncak. Oleh karena itu warga dihimbau untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh hoaks yang sudah terlanjur tersebar di sosial media.
KST sengaja menyebar propaganda dan hoaks karena paham bahwa warga Papua merupakan netizen aktif. Namun mereka lupa bahwa masyarakat sudah memiliki literasi berinternet yang bagus, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh foto dan berita hoaks di dunia maya.
Sementara itu, hoaks lain yang beredar di Papua adalah foto pilot yang sedang memegang bendera bintang kejora (yang merupakan bendera Papua merdeka). Pilot tersebut bernamaCapt. Phillips Marten yang masih menjadi korban penculikan KST.
Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Muhammad Saleh Mustafa menyatakan bahwa foto Capt. Phillips itu hoaks. Sang pilot masih dalam fase pencarian. Tidak benar bahwa ia mendukung kemerdekaan Papua dan menjadi anak buah KST.
Warga Papua wajib mewaspadai hoaks karena selain meresahkan masyarakat karena menyerang sisi psikologis mereka. Sebagai warga negara yang baik, jangan mudah percaya jika ada berita yang tersebar, apalagi hanya di media sosial atau grup WA.
Jangan mudah untuk menyebarkannya tanpa mengecek terlebih dahulu. Saat ini sudah ada situs yang bisa dipakai untuk memeriksa, apakah suatu berita berdasarkan fakta atau hoaks semata. Ketika ada hoaks juga langsung hapus dan peringatkan anggota grup lain untuk tidak mempercayainya.
Masyarakat juga diminta untuk tidak mempercayai jika ada berita yang sensasional di media sosial, karena bisa jadi itu hanya hoaks. Ketika ada tuduhan bahwa aparat melakukan hal negatif, maka jangan terbakar emosi.
Konfirmasi sangat diperlukan karena jika masyarakat asal share, akan sangat fatal akibatnya. Jangan malah jadi penebar hoaks dan menyebabkan banyak orang jadi ikut-ikutan antipati terhadap aparat. Padahal aparat adalah sahabat rakyat dan tidak tega untuk melakukan hal yang negatif seperti pembakaran, justru banyaknya jumlah aparat di Papua adalah untuk menjaga masyarakat sipil.
Pasalnya, buka kali ini saja KST menyebar hoaks dan provokasi di media sosial. Beberapa waktu lalu mereka pernah membuat berita palsu yang menyatakan bahwa keberadaan aparat di Papua adalah untuk memberantas ras melanesia. Padahal ini jelas salah, karena justru aparat datang untuk membantu rakyat dan melindungi mereka dari keganasan KST.
Oleh karena itu masyarakat Papua wajib memakai logika dan jangan bersumbu pendek ketika ada hoaks yang menyebar di media sosial. Pikirkan terlebih dahulu, apakah itu benar atau bohong belaka? Jangan sampai semuanya jadi runyam dan KST tertawa karena banyak yang terjebak provokasi.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Makassar