Penyanderaan pilot pesawat Susi Air dan rangkaian aksi kekerasan yang selama ini dilakukan oleh Kelompok Separatis Teroris (KST) Papua, mendapat sorotan dari tokoh adat dan tokoh agama setempat, apalagi para pilot pesawat dinilai berani berjuang dan bertaruh nyawa untuk membuka keterisolasian di Papua dan membantu menyalurkan kebutuhan pokok bagi masyarakat Papua.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Jayapura, Albert Yoku, menuturkan bahwa sejak tahun 1960-an daerah Papua terisolasi, terutama di daerah pegunungan.
“Tahun itu sudah mulai ada kedatangan misionaris dari Jerman dan US. Amerika mencoba membangun komunikasi dengan suku-suku orang asli pegunungan dengan maksud melakukan perubahan manusiawi ke depan. Salah satunya adalah transportasi,’ ungkapnya.
Menurut Pdt. Albert, pengorbanan para pilot tidaklah kecil untuk bisa membawa peradaban dan pembangunan di Papua pegunungan, karena mereka mempertaruhkan nyawa dengan jalur yang pendek dan cuaca yang kadang buruk.
Dirinya juga menjelaskan, istilah ‘satu tungku tiga batu’ biasanya digunakan untuk mediasi, negosiasi secara kearifan lokal.
“Misalnya jika di daerah penyanderaan ini, sebenarnya peran dari Bupati bersama dengan tokoh agama, juga ada peran dari pemerintah, saya sangat mendorong untuk lembaga masyarakat adat Pegunungan ikut berperan dalam kegiatan ini, karena yang tahu pendekatan secara local wisdom, secara bahasa, budaya dan lain-lain adalah tiga unsur ini,” kata Pdt Albert.
Pdt. Albert dan tokoh agama lainnya di Papua sangat menyayangkan adanya penyanderaan terhadap Pilot Sisi Air ini.
“Kalau penyanderaan satu pilot ini menyebabkan 1000 pilot tidak terbang melayani masyarakat di pegunungan, ini akan menjadi kemunduran yang luar biasa. Untuk itu, Egianus Kogoya harus tahu bahwa pilot itu adalah orang yang berjasa karena dia meninggalkan keluarganya dan siap menerima resiko di wilayah itu, sehingga para pimpinan adat harus bicara soal matinya perkembangan Papua,” tuturnya.
Dalam acara yang sama, Pengamat Politik Ikrar Nusa Bhakti, mengatakan membuka isolasi di wilayah Pegunungan Papua adalah misi mereka, termasuk para pilot yang lulusan Belanda, mereka juga membawa bahan-bahan pokok.
“Susi Air yang sudah berkiprah di Papua sejak 2006 ini akhirnya bisa masuk ke sebagian wilayah Papua, dan sekarang mengoperasikan 22 pesawat menjadi sangat penting. Terlepas dari upaya pemerintah sejak jaman Soeharto hingga kini Jokowi, memang wilayah Pegunungan tidak mungkin dilewati dengan jalur darat,” katanya.
Karena itu, lanjut Nusa Bhakti, penerbangan-penerbangan perintis menjadi sangat penting. Ini bukan kali pertama pesawat perintis dibakar oleh KKB, tahun 2021 sempat terjadi kejadian yang sama. Ini menunjukkan betapa besar peran dari saudara kita yang hendak pergi ke wilayah lain.
“Bagaimanapun, perdamaian di Papua menjadi sangat penting, bukan hanya untuk rakyat setempat dan rakyat Indonesia secara keseluruhan, karena juga untuk internasional karena banyaknya investasi di tanah Papua. Kalau memang tidak ada pilihan lain, tentunya pendekatan keamanan yang akan digunakan dan harus dihitung secara matang apa yang akan terjadi ke depannya,” tutupnya. [-rw]