Oleh : Rebecca Marian )*
Seluruh masyarakat Papua menolak KST (Kelompok Separatis dan Teroris) karena menjadi kelompok pemberontak yang mengancam keamanan warga Papua. Selain itu, KST juga sering menyerang orang asli Papua, membakar sekolah, dan tega melukai saudara sesukunya sendiri.
Papua dikenal sebagai tempat eksotis untuk berlibur dan produsen sagu serta hasil alam lainnya. Namun sayangnya Papua juga dikotori oleh aksi brutal KST, padahal kelompok pemberontak itu hanya bentukan dari segelintir warga yang menuntut kemerdekaan. KST menjelekkan nama Papua dan mencoreng harga diri Indonesia, baik di level nasional maupun di level internasional, sehingga harus diberantas.
Seluruh masyarakat Papua menolak KST mentah-mentah karena mereka sudah melewati batas kemanusiaan, dengan mengadakan penyerangan secara brutal. Sedangkan korban dari rakyat sipil Papua tak hanya korban luka-luka. Namun juga ada yang jadi korban jiwa.
Di bulan Januari 2023 sudah ada tiga penyerangan oleh KST. Pertama adalah pembakaran SMK di Kabupaten Pegunungan Bintang. Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo menyatakan bahwa KST melakukan pembakaran sekolah tanggal 9 Januari 2023. Dalam peristiwa itu tidak ada korban jiwa tetapi aktivitas belajar-mengajar dihentikan untuk sementara.
Masyarakat mengecam KST karena pembakaran sekolah bukan untuk pertama kalinya. Tahun 2022 lalu mereka juga melakukan pembakaran di sebuah sekolah di Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya. Selain melakukan pembakaran, saat itu mereka juga menganiaya seorang guru.
Bagaimana bisa KST melakukan pembakaran sekolah? Jika mereka membakar gedung sekolah maka berniat untuk merusak masa depan anak-anak Papua. Mereka tidak bisa belajar karena sekolahnya rusak terbakar. Padahal pendidikan adalah salah satu cara untuk memajukan Papua.
Ketika ada pembakaran sekolah maka menunjukkan bahwa KST menolak kemajuan Papua. Masyarakat membenci KST karena mereka ingin maju dan berpendidikan serta bertambah cerdas. Namun KST malah menghalanginya. Tidak ada warga Papua yang menjadi pendukung KST karena kelompok separatis ini bertindak kejam dan merusak berbagai fasilitas yang disediakan sekolah.
Sementara itu, tanggal 7 Januari 2023 KST mengadakan baku-tembak dengan aparat di daerah Pegunungan Bintang. Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri menyatakan bahwa insiden ini berawal dari laporan seorang tukang ojek. Ia dihalangi oleh 3 anggota KST yang membawa senjata laras panjang. KST sempat menembakinya tetapi tidak kena.
Irjen Mathius D Fakhiri menambahkan, setelah da laporan maka pihaknya langsung datang ke sana. Ketika polisi datang terjadilah baku-tembak dan menyebabkan 3 orang luka-luka. Mereka adalah Briptu F Romsumbre, Ipda Jenudin, dan Brigpol Freying J. Mereka sudah mendapatkan pertolongan medis di sebuah RS di daerah Oksibil.
Masyarakat geram dengan KST karena nekat menyerang polisi, padahal aparat adalah sahabat rakyat. Kedatangan aparat di Papua untuk melindungi masyarakat dari berbagai tindak kejahatan, termasuk dari serangan KST. Namun KST menganggap mereka sebagai musuh dan menembak seenaknya sendiri.
Seharusnya KST sadar bahwa polisi dan tentara diterjunkan untuk mengamankan rakyat Papua. Namun mereka tetap nekat memberontak dan melakukan penyerangan. Korbannya bukan hanya warga sipil tetapi juga aparat. Oleh karena itu masyarakat Papua makin antipati terhadap KST.
Sementara itu, KST juga menembaki pesawat di kawasan Oksibil, Papua. Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo menyatakan bahwa KST melakukan penembakan terhadap pesawat Caravan yang merupakan pesawat kargo saat akan landing. Akibatnya, pesawat tersebut gagal mendarat dan kembali ke Tanah Merah, Boven Digoel.
Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo melanjutkan, belum ada laporan mengenai korban luka-luka dalam peristiwa tersebut. Pihaknya terus melakukan pengamanan dan penyisiran di wilayah Oksibil.
Saat ada penyerangan berturut-turut di Papua maka masyarakat selalu menolak kehadiran KST. Penyebabnya karena kehadiran kelompok separatis tersebut selalu merugikan. Selalu ada korban luka-luka bahkan korban jiwa serta kerugian materiil ketika ada serangan KST.
Masyarakat Papua harus bersatu dalam menjaga keamanan dan ketertiban dari serangan KST. Oleh karena itu kekompakan ini harus dijaga demi persatuan di Bumi Cendrawasih dan di seluruh Indonesia.
Jangan ada yang terpengaruh akan propaganda dan hoaks yang sengaja dibuat oleh anggota KST. Sayangnya masih ada masyarakat yang terlalu mudah percaya akan hoaks, terutama di sosial media, sehingga mereka harus diperingatkan. Tokoh masyarakat diharap untuk terus menghimbau warganya agar menolak KST agar Papua tetap aman.
Masyarakat Papua dengan kompak menolak keberadaan KST. Kelompok pemberontak tersebut sangat merugikan karena berkali-kali melakukan penyerangan ke warga sipil serta aparat keamanan, dan sampai menimbulkan korban jiwa. Masyarakat Papua juga menolak keberadaan KST karena mereka hanya bisa mengacaukan keadaan dan merugikan banyak orang.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Jakarta