Oleh : Mika Putri Larasati )*
Hari Natal adalah saat berbahagia bagi umat kristiani dan terkait hal tersebut Pemerintah sudah menjamin keamanan agar Natal bisa berjalan dengan aman serta penuh damai. Masyarakat pun diminta untuk tetap menjaga situasi kondusif dengan menghormati perbedaan maupun menjaga toleransi saat Natal.
Akhir tahun membawa kedamaian bagi umat kristiani karena mereka merayakan Natal dan menyambut tahun baru. Hari raya selalu disambut dengan gembira, karena bisa melakukan misa Natal, bertukar kado, dan diakhiri dengan makan bersama. Namun kebahagiaan ini bisa saja terenggut karena saat ini masih ada segelintir warga yang sinis dan menyinggung isu SARA, sehingga wajib diperingatkan agar terus bertoleransi.
Oleh karena itu masyarakat diimbau untuk menghormati perbedaan. Seharusnya sebagai warga negara yang baik, tiap orang harus bertoleransi. Penyebabnya karena Indonesia adalah negara majemuk dan memiliki 6 keyakinan yang diakui pemerintah. Tidak boleh ada serangan atau cemoohan terhadap umat yang akan menyambut hari raya, termasuk Natal.
Untuk menjaga harmonisasi dan kerukunan maka tiap elemen masyarakat bekerja sama Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Pekalongan mengadakan rapat koordinasi. Dalam acara ini juga ada perwakilan dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pekalongan dan perwakilan dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik.
Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pekalongan, Moh. Irkham, menyatakan bahwa seluruh jajaran FKUB dan dinas terkait harus menjaga iklim sejuk dan keharmonisan, serta kenyamanan sosial. Mereka juga wajib menjaga kerukunan antar umat dengan keyakinan lain di Pekalongan.
Dalam artian, tugas untuk menjaga harmonisasi antar umat saat jelang Natal dan tahun baru (Nataru) bukan hanya tugas dari Kantor Kementerian Agama. Namun juga FKUB dan lembaga lain. Mereka sepatutnya membantu pemerintah untuk menjaga agar tidak ada gesekan antar warga saat Natal dan tahun baru.
Di Pekalongan memang tidak ada kasus yang terjadi karena pertengkaran antar umat dengan keyakinan lain. Namun tiap potensi kerusuhan harus dijaga. Masyarakat harus diingatkan agar terus menjaga toleransi, agar tercipta harmoni di seluruh Indonesia.
Sementara itu, Ketua FKUB Kabupaten Pekalongan, Mukhozin, menyatakan bahwa keharmonisan antar umat beragama di Pekalongan berjalan dengan baik. Namun ia terus menghimbau warga agar menjaga toleransi. Tujuannya agar nataru berjalan dengan harmonis.
Harmonisasi tercipta ketika semua warga menjaga toleransi. Mereka juga membantu agar suasana kondusif. Saat ada pengamanan dari aparat jelang Natal maka akan dipersilakan. Masyarakat sadar bahwa aparat adalah sahabat rakyat dan menjaga keamanan adalah tugas mereka.
Saat Natal ada pengamanan ketat dari aparat, agar jangan sampai terjadi kekacauan berdasarkan SARA, saat Natal dan tahun baru. Pemerintah menghimbau masyarakat agar mengutamakan toleransi, karena sebagai negara yang memiliki rakyat yang majemuk, toleransi adalah kunci menuju kedamaian. Dengan toleransi maka umat kristiani bisa merayakan Natal dengan bahagia, karena mereka disambut baik oleh yang lain.
Ketika ada toleransi tentu perdamaian selalu ada di Indonesia. Misalnya ketika akhir tahun, ketika umat nasrani akan merayakan Natal. Maka penjagaan akan makin ketat, mulai dari jalanan hingga di depan rumah agama. Aparat yang menjaga tidak selalu memiliki keyakinan yang sama, dalam artian mereka tidak merayakan Natal tetapi ikut mencegah terjadinya kekacauan agar umat bisa beribadah dengan tenang.
Toleransi seperti ini yang akan jadi modal besar untuk memajukan bangsa Indonesia. Penyebabnya karena jika umat kompak bersatu (walau keyakinannya berbeda) maka akan bahu-membahu dalam membangun Indonesia. Contohnya ketika ada bencana banjir di suatu tempat, mereka kompak membawa donasi serta membantu evakuasi, tanpa harus bertanya agamamu apa.
Jika semua orang memiliki toleransi yang baik maka masyarakat optimis Natal 2022 akan berlangsung dengan mulus, tanpa ada gesekan antar warga. Mereka juga tidak terpicu akan provokasi dari pihak yang tidak bertanggungjawab. Tindakan intoleran juga sudah sangat dicegah karena pemerintah telah membubarkan ormas yang sering melakukannya, karena terbukti radikal dan berafiliasi dengan teroris.
Sebaliknya, jika tidak ada toleransi, maka akan kacau-balau. Bayangkan jika banyak anak muda yang intoleran, maka ketika ada hari raya agama tertentu situasi akan menjadi tidak kondusif. Penjagaan akan semakin ketat karena guna mengantisipasi adanya penyerangan dan tawuran.
Oleh karena itu masyarakat perlu untuk lebih sering dalam mempopulerkan toleransi beragama, agar Indonesia jadi damai dan WNI kompak untuk membangun bangsa. Apalagi di masa pandemi, ketika kita bangkit dari masa suram, perlu adanya kerja sama untuk memajukan Indonesia. Jika semuanya saling bertikai maka mustahil bangsa ini maju.
Natal dan tahun baru wajib diamankan agar tidak ada potensi kekacauan. Selain itu, seluruh elemen masyarakat menjaga agar perayaan nataru terjaga dari gesekan antar umat. Caranya masyarakat akan terus diberi sosialisasi tentang pentingnya toleransi. Mereka akan paham bahwa perbedaan tidak akan dipermasalahkan karena Indonesia adalah bhinneka tunggal ika.
)* Penulis adalah kontributor Ruang Baca Nusantara