Oleh : Rebecca Marian )*
Kelompok Separatis Bersenjata (KST) berpotensi mengganggu perayaan Natal di Papua. Sejak awal Desember mereka beberapa kali melakukan penyerangan yang menyebabkan korban jiwa. Masyarakat diminta untuk waspada akan serangan KST, tetapi mereka tidak perlu takut untuk merayakan Natal karena aparat akan mengamankan mereka dan memperketat penjagaan di Papua.
Papua adalah bagian dari Indonesia dan diakui oleh hukum internasional. Namun ada sebagian kecil oknum yang ingin agar Papua merdeka, dan mereka mendirikan OPM (Organisasi Papua Merdeka) dan organisasi kaki-tangannya, KST (Kelompok Separatis dan Teroris). Dalam praktiknya, KST menjadi peneror dan memaksakan agar rakyat mengikuti mereka untuk membelot.
Selama Desember 2022, KST telah melakukan beberapa kali penyerangan. Mereka telah membunuh 3 tukang ojek di kawasan Pegunungan Bintang, menembak mati seorang pagawai bank di Kabupaten Puncak. Kemudian, KST juga menyerang iring-iringan polisi di Kepulauan Yapen, dan seorang warga sipil yang berada di sana meninggal karena ditembak kelompok tersebut.
Masyarakat geram terhadap KST karena melakukan penyerangan terus-menerus. Terlebih warga Papua sebentar lagi akan merayakan Natal. Warga tidak ingin hari bahagianya akan berubah jadi menakutkan, karena ulah KST. Padahal bisa jadi anggota KST juga merayakan Natal, tetapi malah menyerang saudara sesukunya sendiri dengan kejam.
Masyarakat Papua sangat antusias jelang Natal karena mayoritas merayakannya sekaligus khawatir akan KST. Jika ada KST maka mereka sempat ketakutan karena serangannya tidak pandang bulu, baik pendatang, warga asli, maupun aparat juga diserang. Namun mereka tak perlu khawatir karena aparat akan melakukan pengamanan ketat untuk menjaga agar hari Natal dirayakan secara kondusif.
Wakil Ketua Hubungan Masyarakat Operasi Damai Cartenz AKBP Arif Irawan menyatakan pihaknya mengutamakan atensi pada penyerangan yang dilakukan oleh KST. Terlebih saat mereka nekat melakukan penyerangan di wilayah Yapen, yang selama ini steril dari kelompok pembelot tersebut.
Natal hanya setahun sekali dan jangan sampai ada serangan, baik di gereja maupun di tempat lain. Oleh karena itu pengamanan ditingkatkan di sekitar gereja maupun tempat lain seperti pasar dan supermarket. Penyebabnya karena masyarakat akan berbelanja lebih banyak dari hari biasa, untuk menyiapkan hari raya Natal tanggal 25 Desember nanti.
Pengamanan lebih intens dilakukan di daerah-daerah di Papua yang sering konflik, seperti Nduga, Intan Jaya, dan Yapen. Satgas Damai Cartenz melakukan pengamanan lebih ketat agar keselamatan rakyat di Bumi Cendrawasih terjaga. Jangan sampai ada serangan yang bisa menyebabkan korban luka, maupun korban jiwa.
Sementara itu, tokoh pemuda Papua Ali Kabiay menyatakan bahwa ia menolak tegas kehadiran KST dan OPM (Organisasi Papua Merdeka). Penyebabnya karena KST tega melakukan penyerangan, dan korbannya adalah warga Papua sendiri. Kemudian, serangan dilakukan jelang Natal sehingga bisa membuat masyarakat merasa terteror dan tidak bisa merayakan Natal dengan bahagia.
Selama ini Ali dikenal sangat berani dalam menolak KST, dan ikut aktif dalam gerakan Komponen Masyarakat Papua. Gerakan ini diadakan untuk menolak KST dan pengaruhnya di masyarakat Bumi Cendrawasih. Ali terus menyebarkan ajaran ke masyarakat bahwa KST berbahaya dan wajib diwaspadai. Jangan ada yang pro KST karena sama saja menjadi penghianat negara.
Ali juga menghimbau agar masyarakat Papua percaya pada kinerja TNI dan Polri dalam mengamankan Natal 2022. Jangan malah ketakutan lalu memutuskan untuk tidak keluar rumah. Mereka diperbolehkan untuk beraktivitas seperti biasa dan beribadah, dan jangan khawatir akan KST, karena sudah ada tindakan pencegahan dari aparat.
Konflik yang disebabkan oleh KST membuka mata masyarakat bahwa permasalahan di Papua sangat rumit. Tidak hanya tuntutan kemerdekaan oleh kelompok pemberontak. Namun sudah merembet ke pertikaian yang menyebabkan kerugian besar di kalangan pendatang. Terlebih serangan terjadi jelang hari raya Natal.
Oleh sebab itu perlu ada himbauan dari tokoh masyarakat yang jadi penengah, bahwa Papua adalah bagian dari Indonesia. Seluruh warga bersatu, tak hanya orang asli Papua tetapi juga para pendatang. Jika kompak dalam melawan KST maka masyarakat optimis bahwa kelompok pemberontak tersebut bisa dibubarkan.
Faktor keamanan juga perlu diperhatikan, dan jumlah aparat juga ditambah. Pihak aparat keamanan tidak hanya fokus ke penangkapan KST, tetapi juga ke pencegahan. Mata-mata bisa disebar agar tidak ada penyerangan yang memakan banyak korban jiwa seperti ini jelang perayaan Natal.
Masyarakat mewaspadai serangan KST jelang hari raya Natal dan aparat makin ketat dalam mengamankan Papua. Kelompok pemberontak tersebut sangat merugikan karena berkali-kali melakukan penyerangan ke warga sipil, dan sampai menimbulkan korban jiwa. Perayaan Natal di Papua harus aman, oleh karena itu TNI dan Polri bekerja sama untuk mengamankan Bumi Cendrawasih.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Jakarta