Bali – Ternyata selama ini masih cukup banyak isu terkait ketimpangan gender yang terjadi di dunia esports. Mengenai hal tersebut, Staff PBESI menegaskan bagaimana peranan penting yang dimiliki oleh seluruh atlet perempuan bagi kemajuan ekosistem esports di Indonesia.
Staf Khusus Bidang Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI), Debora Imanuella dalam sebuah talkshow bertajuk ‘Women in Esports’, yang merupakan salah satu event dari Indonesia Esports Summit dan International Esports Federation (IESF) World Esports Championships menyatakan bahwa kesetaraan gender harus menjadi pilar utama dalam ekosistem esports.
Hal tersebut menurutnya akan mampu menciptakan sebuah rasa aman dan nyaman, sehingga tentunya membuat para atlet esports perempuan banyak berpartisipasi untuk turut meningkatkan sektor esports di Indonesia semakin ke kancah dunia.
Lebih lanjut, Debora menyatakan bahwa sejauh ini memang masih terjadi ketimpangan gender, yang mana justru menghambat potensi para atlet esports perempuan bisa tampil.
Maka dari itu, pada kesempatan tersebut, dirinya menegaskan bahwa momen itu menjadi sebuah momentum terbaik untuk para perempuan bisa saling mendukung satu sama lain.
“Konsep gender equity merupakan pengakuan terhadap kebutuhan dan kemampuan para gamer perempuan yang berbeda dari laki-laki. Selama ini, ketimpangan gender dan dukungan dari komunitas yang belum optimal merupakan isu-isu kritikal yang mencegah lebih banyak perempuan untuk mencapai potensinya di bidang esports. Ini menjadi momen pengingat bagi kita sesama perempuan untuk dapat saling mendukung, melindungi, dan menginspirasi,” ujar Debora.
Perempuan yang juga menjabat sebagai seorang SVP Community UniPin tersebut kemudian menyampaikan kepada seluruh perempuan untuk selalu bisa bekerja keras dan menjadi yang terbaik pada bidang apapun yang mereka pilih.
Dirinya menegaskan bahwa perempuan juga memiliki potensi yang sama sekali tidak bisa diremehkan dan bisa menjadi sangat hebat pula.
“Baik sebagai profesional di industri, pemain pro, caster, influencer, maupun brand ambassador, saatnya kita buktikan kepada dunia bahwa perempuan pun hebat. Yang penting, kita melakukannya bersama-sama,” pungkas Debora.
Sementara itu, seorang Mantan Pemain Pro, Audrey FF memberikan contoh konkret bagaimana pengalamannya pernah menjadi korban perundungan, yang mana semakin memperjelas bahwa memang ketimpangan gender dalam dunia esports masih terjadi.
Bahkan lantaran perundungan tersebut, kesehatan mental yang dia miliki sempat terganggu hingga harus menjalani pengobatan.
Menurut Audrey, ketimpangan gender yang terjadi bisa saja bukanlah sebuah unsur kesengajaan, melainkan adalah memang akibat dari nilai-nilai yang telah terinternalisasi.
Untuk itu, baginya, menjadi sangat penting adanya sosialisasi dan edukasi kepada khalayak lebih luas agar perilaku ketimpangan gender semakin diketahui.
“Di luar unsur kesengajaan, banyak juga yang tidak menyadari bahwa perbuatan mereka melukai orang lain akibat nilai-nilai yang telah terinternalisasi. Diperlukan sosialisasi dan edukasi yang lebih luas agar semakin banyak orang yang mengetahui jenis-jenis perilaku yang toksik,” tutur Audrey.