Suarapapuanews, Jakarta– Penetapan Lukas Enembe menjadi tersangka kasus korupsi dan gratifikasi telah mencoreng nama baik masyarakat Papua. Oleh karena itu, masyarakat papua, tersmasuk para mahasiswa, mendukung penuh pengusutan kasus tersebut. Para mahasiswa sangat kecewa karena Lukas Enembe sebelumnya sering membagikan beasiswa ke putra Papua, tetapi diam-diam juga melakukan korupsi.
Sejak menjabat sebagai Gubernur Papua pada tahun 2013, Lukas Enembe dikenal sebagai pejabat berprestasi. Ia berjanji akan membangun Papua agar tidak ketinggalan dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Lukas juga membagikan beasiswa bagi murid dan mahasiswa yang berprestasi. Bahkan namanya dijadikan nama stadion terbaru di Papua.
Namun citra baiknya rusak seketika karena ia terbukti melakukan korupsi dan gratifikasi. Masyarakat Papua merasa sangat kecewa dan malu karena sang gubernur yang dulu dibanggakan, ternyata mencuri uang rakyat. Para mahasiswa juga marah karena mereka bisa kuliah berkat dana beasiswa otsus yang diberikan Lukas, tetapi ia korupsi, dan ada dugaan bahwa ia juga mengambil sebagian besar dana otsus.
Forum Mahasiswa Peduli Pembangunan Tanah Papua mengadakan aksi untuk mendukung KPK dalam pengusutan kasus Lukas Enembe. Unjuk rasa diadakan di seputar patung kuda, dan massa bergerak menuju Gedung Merah Putih KPK.
Charles Kossay, sebagai koordinator aksi, menyatakan bahwa para mahasiswa Papua siap mengawal KPK dalam melakukan penyelidikan terhadap kasus Lukas Enembe. Para mahasiswa tidak takut untuk mengungkap kasus korupsi di Papua (walau yang melakukannya adalah pejabat tinggi).
Dalam artian, meski para mahasiswa adalah orang asli Papua, tetapi mereka tidak membela Lukas Enembe. Nuraninya masih teguh pada kebenaran dan tidak mau Indonesia rusak gara-gara ulah koruptor. Mahasiswa siap mengawal kasus Lukas Enembe agar diselesaikan, sampai ia akhirnya mempertanggung jawabkan kesalahannya di dalam lembaga pemasyarakatan.
Amatlah wajar jika mahasiswa mendukung KPK dalam pengusutan kasus Lukas Enembe. Pasalnya, mereka kecewa berat karena Lukas korupsi dana otonomi khusus (otsus). Padahal jika tidak dikorupsi, bisa saja akan ada lebih banyak mahasiswa dan murid yang mendapatkan beasiswa otsus. Akan tetapi gara-gara dikorupsi, jatah beasiswa jadi berkurang.
Para mahasiswa marah karena Lukas Enembe korupsi, padahal ia dipercaya menjadi Gubernur Papua selama hampir 2 periode. Mengapa ia sampai mencuri uang negara yang seharusnya menjadi hak rakyat? Jika uang yang seharusnya disalurkan untuk pembangunan Ppaua dikorupsi, maka kemajuan kehidupan masyarakat Papua akan stagnan, bahkan bisa mengalami kemunduran.
Apalagi Lukas Enembe terbukti berjudi di sebuah kasino di luar negeri dan diduga memakai uang hasil korupsi. Uang negara dihabiskan di atas meja judi, padahal seharusnya disalurkan bagi rakyat yang membutuhkan. Seharusnya uang tersebut bisa digunakan untuk membangun fasilitas kesehatan dan pendidikan, tetapi bisa hilang sia-sia ketika ia kalah judi di kasino tersebut.
Charles Kossay menambahkan, para mahasiswa juga mendesak semua pihak di Papua untuk menahan diri dan tidak terpengaruh dengan kasus Lukas Enembe. Mereka ingin Papua damai dan tidak ada konflik horisontal. Dalam artian, jangan sampai ada perpecahan di Papua gara-gara kasus Lukas Enembe.
Selama ini masyarakat terbagi menjadi dua pihak. Ada yang membela Lukas dan ada yang meminta agar Lukas segera ditangkap pihak berwajib lalu dipenjara. Jangan sampai kedua pihak berseteru dan akhirnya menimbulkan kerusuhan dan pertumpahan darah.
Papua adalah wilayah yang damai dan Lukas Enembe sebagai gubernur seharusnya menyadari hal tersebut. Jangan sampai masyarakat di Bumi Cendrawasih jadi korban gara-gara perseteruan akibat kasus Lukas Enembe. Jika ia gentleman maka harus mengakui kesalahannya lalu menyerahkan diri ke KPK.
Sementara itu, tetua adat Papua Yanto Eluay juga mendukung langkah KPK dalam kasus Lukas Enembe. Meski saat ini Lukas sedang sakit, tetapi ia percaya KPK akan melakukan cara terbaik (untuk menyelesaikan kasus).
Dalam artian, tak hanya mahasiswa, tokoh adat Papua juga mendukung penuh KPK untuk menyidik kasus Lukas Enembe sampai tuntas. Walau Lukas adalah gubernur mereka, tetapi statusnya tidak bisa kebal hukum. Ia harus mempertanggung jawabkan kesalahannya dan menerima apapun hukuman yang diberikan oleh hakim.
Lukas Enembe tidak bisa mengelak karena KPK telah memiliki banyak barang bukti dan saksi. KPK juga telah mengadakan penyidikan kasus korupsi Lukas sejak tahun 2017. Barang bukti juga bertambah ketika KPK melakukan penggeledahan di rumah Lukas di Jakarta, yang berupa uang tunai dan emas batangan. Sudah jelas uang tersebut dari hasil korupsi karena gaji Lukas tidak sampai Rp. 15.000.000.
Para mahasiswa mendukung penuh KPK dalam penyelesaian kasus Lukas Enembe. Sebagai gubernur seharusnya ia taat hukum dan menyerahkan diri ke KPK, bukannya pura-pura sakit. Mahasiswa ingin agar Lukas bersikap jantan dan mengakui segala kesalahannya. Mereka kecewa karena Lukas korupsi dana otsus yang seharusnya digunakan untuk kemajuan rakyat Papua.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Jakarta
(RM/AA)