Suarapapuanews, Jakarta– Presiden Jokowi bertemu 17 pemimpin dunia pada acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang telah dibuka sejak 15-16 November 2022. Selain membahas isu sentral G20, berbagai pihak meyakini bahwa pertemuan tersebut mampu mengupayakan perdamaian global.
Presiden Jokowi menjamu sejumlah kepala negara di Apurva Kempinski pada 15 November 2022. Sehari sebelumnya, Presiden Jokowi telah bertemu Presiden Amerika Serikat Joe Biden. Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi mengajak adanya percepatan pemulihan ekonomi global. Dengan mengusung semangat kolaboratif, sinergis dan inklusif, seluruh negara di dunia akan berupaya memberikan solusi konkret atas krisis multidimensional.
Dalam pengantarnya, Presiden Jokowi bahkan menegaskan kalau Indonesia sendiri sangatlah menghargai dan merasa terhomat karena Joe Biden bersedia menghadiri KTT G20 di Bali secara langsung.
Presiden Indonesia ketujuh itu juga memberikan apresiasinya sangat tinggi, bukan hanya kepada Biden, namun kepada seluruh kepala negara delegasi anggota G20 lainnya karena bisa menyempatkan diri untuk hadir dalam KTT G20 di tengah situasi dunia saat ini yang penuh akan ketidakpastian dan sedang tidak baik-baik saja.
Bahkan, di hadapan Biden, Jokowi langsung berharap agar penyelenggaraan Presidensi G20 Indonesia ini bisa menghasilkan kerja sama dan juga solusi konkret untuk sesegera mungkin membantu percepatan pemulihan ekonomi global.
Tentunya tidak sendirian, karena Biden juga mengajak seluruh rombongan delegasi dari Amerika Serikat dalam acara KTT G20 tersebut. Kedatangan Biden dimeriahkan dan disambut oleh tarian khas Bali, yang juga merupakan bagian dari upaya Indonesia untuk bisa mempromosikan dan mengenalkan kekayaan budaya Nusantara di hadapan dunia.
Dengan kehadiran Presiden AS tersebut, tentunya diharapkan Presidensi G20 Indonesia akan membawa sebuah perubahan yang berdampak sangat besar bagi pemulihan global. Karena, memang G20 sendiri merupakan salah satu platform multilateral strategis yang dapat menghubungkan negara-negara dengan ekonomi besar di dunia.
Data menunjukkan, bahwa negara anggota G20 saja sudah merepresentasikan lebih dari 80 persen perekonomian dunia, kemudian sekitar 75 persen perdagangan internasional, dengan 60 persen populasi dunia. Sehingga dengan kata lain, pandangan dari G20 cukup bisa mewakili pandangan dunia.
Termasuk pula bagaimana kebijakan-kebijakan yang didorong atau dibahas dalam KTT G20 tersebut akan sangat berdampak pada dunia. Untuk itu, Indonesia sendiri selaku tuan rumah dan Presidensi dalam ajang internasional tersebut terus mendorong adanya semangat pulih secara bersama-sama.
Mengusung tema utama bertajuk ‘Recover Together, Recover Stronger’, setidaknya terdapat tiga isu prioritas yang terus dibahas dalam G20, yakni mengenai arsitektur kesehatan global, transformasi digital hingga transisi energi berkelanjutan. Seluruh isu tersebut tentunya tidak akan bisa jika hanya ditanggung oleh satu atau beberapa negara saja tanpa bantuan dari semua pihak.
Maka dari itu, pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Presiden Biden akan memberikan dampak positif pula bagi pemulihan dunia, bukan hanya sekedar menguntungkan untuk kedua negara secara bilateral. Pasalnya, posisi Tanah Air saat ini juga sangat disegani dalam percaturan global.
Pada kesempatan lain, Jokowi di hadapan Biden juga menyatakan dengan tegas bahwa memang harus terjadi sebuah kemitraan yang baik dari seluruh negara di dunia karena semuanya saat ini bersatu menghadapi sebuah tantangan besar. Menurutnya, dengan adanya kemitraan tersebut maka jelas akan sangat berkontribusi untuk memunculkan solusi konkret.
Terkait pertemuan bilateral antara Presiden RI dengan Presiden AS tersebut, Jokowi mengemukakan terdapat 3 hal penting yang dibahas. Pertama adalah mengenai dorongan untuk bisa menciptakan perdamaian dan stabilitas kawasan, karena Jokowi sangat ingin AS bisa membawa sebuah energi positif untuk terciptanya perdamaian.
Kemudian hal kedua adalah mengenai pembentukan ketahanan kawasan dan global yang dilandasi dengan sinergisitas untuk bisa memastikan stabilitas sistem keuangan, dukungan likuiditas hingga efektivitas kebijakan ekonomi. Sedangkan poin ketiga, yakni mengenai adanya kemitraan masa depan yang berkelanjutan.
Di sisi lain, Presidensi G20 Indonesia sendiri bisa dikatakan akan mencetak sebuah sejarah besar, karena menjadi momentum pertemuan antara Joe Biden dengan Xi Jinping untuk pertama kalinya sejak tahun 2020 silam. Hal tersebut dikarenakan sejak terjadinya pandemi COVID-19, memang Presiden China, Xi Jinping sangat menghabiskan waktunya untuk mengurusi Negeri Tirai Bambu itu.
Sama sekali tidak bisa dipungkiri, dengan kekuatan yang dimiliki oleh Amerika Serikat sendiri sebagai salah satu negara paling kaya dunia, kesediaan Joe Biden untuk ikut serta secara inklusif dan bersinergi mendorong pemulhan dunia sangat dibutuhkan untuk bisa menciptakan pemulihan ekonomi dunia. Hal tersebut juga terus didorong oleh Presiden RI, Joko Widodo tatkala melakukan pertemuan bilateral dengan Biden.
)* Penulis adalah kontributor Ruang Baca Nusantara
(SAZ/AA)