Suarapapuanews, Jakarta– Keberlangsungan Presidensi G20 Indonesia akan mampu terus mendorong terciptanya kesepakatan ketersediaan pangan untuk bisa mengatasi ancaman krisis pangan global.
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Ronnie S Natawidjaja menyebut bahwa pertemuan KTT G20 yang dilaksanakan di Bali pada 15 hingga 16 November 2022 mendatang akan menjadi kuncinya.
Dirinya berharap, kesepakatan antarnegara memang harus segera dibuat dalam rangka mencarikan solusi atau bahkan mampu mengantisipasi ancaman krisis pangan.
“Kesepakatan antarnegara harus dibuat untuk mengantisipasi krisis pangan ke depan. Fungsi kerja sama bilateral harus ditingkatkan lagi,” kata Ronnie
Menurut Dosen tersebut kerja sama bilateral antarnegara itu salah satunya bisa dilakukan dengan sistem barter.
Yakni ketika masing-masing negara mampu memberikan apa yang terbaik yang mereka miliki untuk negara lain.
Dengan sistem barter tersebut, setidaknya menurutnya kebutuhan pangan antar negara akan bisa tertutupi.
“Misal, Indonesia banyak produksi buah, lalu Australia banyak memproduksi gandum. Ini bisa saling tukar, barter. Jadi, stok (pangan) aman, dan harga pun bisa dikontrol,” ungkap Ronnie.
Baginya, suatu negara tidak perlu memaksakan untuk bisa menghasilkan produk komoditas tertentu apabila memang mereka tidak bisa memproduksinya.
Justru, suatu negara harus terus meningkatkan dan mengembangkan potensi jika mereka memiliki produk komoditas unggulan sehingga cukup terfokus saja.
Senada, Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo juga menyatakan bahwa memang harus segera ada kolaborasi dari berbagai negara.
Karena dengan kolaborasi tersebut, setidaknya akan memungkinkan untuk bisa melancarkan berbagai cara seperti mitigasi dan juga mampu mengatasi banyak krisis, mulai dari pangan, energi hingga keuangan.
Lebih lanjut, Syahrul menjelaskan bahwa KTT G20 memiliki komitmen sangat besar untuk bisa mendukung sektor pertanian, khususnya dalam hal penyediaan pangan dan juga gizi bagi semua orang.
Hal tersebut dikarenakan negara-negara anggota G20 sendiri juga merupakan bagian dari komunitas global.
Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menegaskan bahwa kunci utama ketika hendak mengatasi masalah krisis pangan global adalah memang seluruh negara harus melewatinya secara bersama-sama.
“Tidak boleh ada negara yang terlewatkan dan tertinggal, kolaborasi adalah kunci untuk mengatasi tantangan saat ini dan di masa datang,” ujar Syahrul.
(CA/AA)