Suarapapuanews, Denpasar– Dalam perjalanan kepariwisataan Bali yang dimulai jauh sebelum masa kemerdekaan, telah memiliki banyak julukan. Salah satunya, menurut Rektor Universitas Ngurah Rai (UNR) Bali, Dr. Ni Putu Tirka Widanti, SS., MBA., MM., M.Hum adalah The Window of The World, jendela dunia.
Julukan ini muncul saat Bali menjadi lokasi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of Twenty (G20) setahun ini, dan pada puncaknya akan berlangsung tanggal 15 – 16 November 2022 di Nusa Dua, Bali, dimana para pemimpin tertinggi dari 19 negara hadir, terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki dan sebuah lembaga Uni Eropa. Selain itu akan diundang juga sejumlah pemimpin dunia dan lembaga diluar G20, sehingga pemberitaan tentang dunia bisa dilihat dari apa yang terjadi di pertemuan tersebut.
Menurut aktivis lingkungan di bidang bambu ini, “Dengan diselenggarakan G20 ke-17 di Bali ini, menurut saya, sebagai stimulus dan pembuktian bagi Bali masih tetap menjadi “window of the world”. Sekaligus juga Bali masih dipercaya oleh dunia, karena masyarakat Bali dipercaya masih konsisten, Bali masih aman terhadap kunjungan dari wisatawan mancanegara.”
Sebagai masyarakat Bali dan pimpinan di Universitas Ngurah Rai Bali, tentunya sangat bersyukur dan menyambut baik dengan diselenggarakannya KTT G20 ke-17, di Indonesia, khususnya di Bali.
Tentu dipilihnya Bali sebagai tuan rumah pertemuan yang sangat penting bagi di dunia ini, menurut Putu Tirka, pastinya sudah melalui proses tertentu dan tahapan tahapan persiapan, negosiasi dan juga berbagai kebijakan yang telah juga diimplementasikan untuk mensukseskan acara ini. Nah saya juga sebagai masyarakat dan pimpinan Universitas Ngurah Rai mengucapkan selamat bagi pemerintah RI dan pemerintah Bali sudah berhasil dan mampu mengawal proses tersebut hingga diputuskan keberlangsungan G20 di Bali.”
Kata Tirka, semua menyadari bahwa sebagian besar perekonomian Bali bertumpu pada pariwisata di dunia global,
“Dan menyadari dunia pariwisata ini sangat “fragile” atau rentan terhadap kondisi dan situasi alam dan keamanan secara menyeluruh. Apalagi baru saja kita mengalami Pandemi COVID-19, dimana kita semua berupaya dan berusaha keras secara menyeluruh dan holistik keluar dari krisis multidimensi tersebut.”
Dengan diselenggarakan G20 ke-17 di Bali ini, menurut Putu Tirka sebagai stimulus bagi recovery Bali dalam segala bidang.
Putu Tirka menjelaskan civitas akademika UNR memiliki program “chit chat” dimana sebuah bincang santai dengan warga dari mancanegara, “Program kami ini kita “launch” setiap bulan, menanyakan bagaimana kesan dan pesan mereka setelah berkunjung ke Bali. Dan itu adalah data yang sahih dan kami akan jadikan masukan kepada pemerintah daerah khususnya, sehingga Bali akan tetap jadi tujuan, lokal, nasional maupun global.”
Kembali ke G20, sejak dicanangkan perhelatan tersebut civitas akademika UNR, melalui network yang dimiliki, berperan aktif menjemput bola. Turut menjabarkan tema G20″ recover together, recover stronger, termasuk juga pada kegiatan yudisium dan wisuda UNR.
Putu Tirka mengatakan pihaknya sudah berpartisipasi aktif dalam beberapa kegiatan pra-KTT G20 yang telah berlangsung, “Antara lain kami juga ikut dalam pertemuan development group meeting yang diadakan di Nusa Dua dalam bulan Agustus 2022. Juga dosen dan mahasiswa kami dalam pra-KTT Values Twenty yang diselenggarakan 2 hari dalam tanggal 20 dan 21 Oktober 2022, dimana mahasiswa kami ada 2 grup. Grup pertama menghadiri konferensi dalam 2 hari, dan satu grup kami, yaitu inkubator bisnis kami atau Inbis kami menyelenggarakan pameran produk produk bisnis mereka di pra-KTT Values Twenty. Jadi mereka sangat berperan mengikuti G20. Manfaatnya, ada edukasi nyata yang anak anak kami dapatkan secara interaktif.”
Terkait kepemimpinan Presidensi Jokowi di G20, menurut Putu Tirka sangat patut diteladani, “Sebagai leader beliau penuh kesederhanaan dan kepolosan, beliau sangat aktif dan arif juga. Bijaksana dan berani “take the risk” berani ambil resiko pada permasalahan dunia.”
(CA/AA)