Suarapapuanews, Jakarta– Presidensi G20 Indonesia mampu menjadi sebuah ajang pergerakan antar komunitas dunia untuk terus menyuarakan adanya perdamaian. Bahkan sama sekali tanpa harus mengenal terlebih dahulu atribut identitas pribadi masing-masing karena murni semangatnya adalah saling membantu.
Forum G20 yang akan dilaksanakan di Bali pada 15 dan 16 November 2022 akan diawali dengan gerakan antar komunitas masyarakat dunia (people to people movement). Salah satunya adalah dengan digelarnya gerakan antara musisi dunia yang tergabung dalam Music 20 (M-20). Memang sejauh ini tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu yang menjadi penggerak dan pemersatu masyarakat sendiri bisa dikatakan adalah melalui musik.
Seolah musik atau para musisi memiliki peranan dan kekuatan tersendiri untuk bisa sangat berpengaruh di hati masyarakat, bahkan dalam kondisi tertentu mampu memprakarsai gerakan-gerakan tertentu. Sehingga seperti memiliki daya tariknya tersendiri untuk menggugah hati.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menjelaskan bahwa gerakan people to people movement dalam forum G-20 memberi kesempatan masyarakat antarnegara terlibat aktif. Jika selama ini forum G-20 ini lekat dengan pertemuan antar elit pemerintahan sebuah negara, maka di forum G-20 Indonesia pertemuan lebih inklusif dengan melibatkan beragam kelompok, yang salah satunya adalah musisi.
Terlebih, dengan kekuatan musik dan para musisi, biasanya orang yang bisa dikatakan akan terus cenderung hidup secara berkelompok menjadi lebih cair dan bahkan mampu sejenak melupakan beberapa identitas latar belakangnya sendiri jika itu berkaitan dengan selera musik. Masyarakat tidak akan lagi membahas mengenai identitas-identitas latar belakang apapun dan mereka merasa bahwa musik sudah mampu mewakili kesatuan diri mereka.
Karena memang hendaknya suatu pertemuan antar negara, apalagi jika tujuannya untuk menghasilkan sebuah solusi atas beragam permasalahan dan juga krisis yang tengah dihadapi oleh dunia, maka sudah sepatutnya pertemuan atau pembahasan tersebut bukan hanya sebatas dihadiri oleh para elit saja.
Justru jauh dari itu, peranan masyarakat yang memiliki jumlah sangat banyak menjadi krusial pula karena jika hanya permasalahan-permasalahan tersebut dipikirkan oleh para elit namun sama sekali tidak pernah melibatkan masyarakat di dalamnya, justru nanti akan berpotensi menimbulkan masalah-masalah baru dalam bentuk lain.
Selain itu, apapun solusi yang disampaikan oleh para elit apabila sama sekali tidak mendapatkan restu dan dukungan dari masyarakatnya juga akan terlihat sama saja tidak akan seberapa berdampak atau berpengaruh untuk mengubah keadaan. Sebaliknya, apabila suatu kebijakan tersebut mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat, maka pemerintah sendiri juga akan dengan sangat mudah untuk mengeksekusinya sehingga realisasi kebijakan akan menjadi lebih tepat sasaran dan cenderung mudah untuk diperoleh dampak baiknya.
Menteri Erick bahkan sempat menyatakan beberapa percakapannya dengan Presiden RI, Joko Widodo yang dengan tegas menyatakan agar penyelenggaraan G20 jangan hanya dihadiri atau melibatkan para kepala negara saja dengan isu-isu politik yang berat bahkan hingga berpotensi meninggalkan keterlibatan masyarakat luas.
Justru Presiden Jokowi sangat berharap dan terus mendorong supaya ada gerakan dari masyarakat sendiri agar mampu terhimpun dan ikut terlibat dalam setiap kebijakan yang dirumuskan oleh para elit. Setidaknya adalah dalam keterlibatannya tatkala menghadiri diskusi dan mendukung program-program yang digagas oleh pemerintah.
Erick menjelaskan bahwa dirinya berdiskusi dengan tokoh musik seperti Tantowi Yahya, Chandra Darusman, dan Triawan Munaf. Dari tokoh musik itulah diusulkan ide agar mengumpulkan musisi dunia dalam M-20. Musisi dunia itu akan membuat gerakan untuk menyuarakan isu terkait perkembangan global terkini.
Terlebih, biasanya para seniman dan juga musisi memiliki pemikiran otentik mereka sendiri yang cenderung unik dan terkesan out of the box jika membahas sesuatu, yang mana sangat mungkin hal tersebut ternyata sama sekali tidak terpikirkan oleh orang lain sebelumnya sehingga menjadi perbincangan atau bahan diskusi menarik tersendiri untuk menciptakan perubahan dan kebaikan.
Dua isu utama yang akan disuarakan adalah terkait perdamaian dan lingkungan hidup. Gerakan M-20 mengulang kesuksesan gerakan musisi era 1980-an yang sempat meluncurkan project bertajuk “We are the World.” Erick Thohir melanjutkan bahwa memang pada jaman tersebut sempat terjadi project yang sangat luar biasa dari para musisi mengenai isu dunia, yang mana jika dikorelasikan pada situasi saat ini, hendaknya juga akan mampu berhasil karena ada kesepakatan antara musisi dunia untuk menciptakan sebuah gelombang persatuan, lingkungan hidup dan sebagainya.
Menurut Erick, M-20 adalah implementasi dari pesan Jokowi yang ingin ajang G-20 benar-benar memberi pesan efektif bagi masyarakat dunia. Selain event para musisi, gerakan people to people movement juga menyasar pada gerakan tokoh agama dunia yang tergabung dalam Religion 20 atau (R-20). Sehingga akan banyak isu-isu global yang dibahas, termasuk diantaranya adalah mengenai perdamaian dengan berusaha untuk menanggalkan terlebih dahulu atribut-atribut individu.
Tidak bisa dipungkiri, G20 mampu menjadi momentum terbaik bagi terciptanya ajang gerakan antar komunitas masyarakat dunia untuk terus menyuarakan perdamaian abadi tanpa sama sekali memandang terlebih dahulu seperti apa latar belakang masing-masing dengan semangat utama adalah saling membantu sebagai manusia.
)* Penulis adalah kontributor Persada Institute
(DCA/AA)