Suarapapuanews, Jakarta– Pemulihan ekonomi Indonesia tentu saja bukanlah hal yang mudah, ada tantangan hingga hal yang tidak terduga yang bisa saja membuat investor memutuskan untuk menunda atau membatalkan investasi di Indonesia. Salah satu yang perlu dijaga adalah iklim investasi, di mana iklim investasi telah terbukti mampu mempercepat Pemulihan Ekonomi Indonesia.
Upaya Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam memperbaiki iklim investasi di Indonesia selama 8 tahun rupanya telah menunjukkan bukti dengan berhasilnya kepercayaan para konglomerat Tanah Air dalam mengakselerasi bisnisnya.
Direktur Avere Investama Teguh Hidayat membenarkan bahwa iklim investasi akan membuat konglomerat merasa lebih nyaman untuk berinvestasi. Pasca resesi 2020 karena pandemi, pemerintah telah bekerja keras dan hasilnya iklim investasi menjadi lebih baik.
Pada tahun 2020, Indonesia dilanda pandemi Covid-19 yang mengakibatkan krisis di berbagai sektor. Di masa itu, pertumbuhan ekonomi anjlok karena adanya pembatasan mobilitas yang ketat. Tetapi setelah itu, dirinya menilai bahwa pemulihan ekonomi berlangsung cepat karena pemerintah banyak melakukan inisiatif.
Di lain hal, penerbitan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja ternyata cukup memberikan angin segar bagi iklim investasi karena pengusaha mendapatkan kepastian dalam menanamkan uangnya di Indonesia.
Salah satu taipan yang gencar dalam melakukan ekspansi bisnis dalam beberapa tahun ini ialah DJARUM Group. Pada 2021, Grup Jarum telah mengakuisisi emiten dengan nilai yang fantastis, mencapai Rp 20 Triliun.
Djarum mengakuisisi PT Supra Boga Lestari, TBK. pengelola Ranch Market senilai 2,03 triliun melalui perusahaan elektroniknya, PT Global Digital Nuaga (Blibli). Kemudian di tahun yang sama, entitas Grup Jarum yakni PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) juga mengakuisisi PT Solusi Tunas Prima TBK (SUPR) senilai Rp 16,74 triliun. Pada 2022, Grup Jarum mengaku siap untuk mengantarkan Blibli dan juga siap untuk melakukan penawaran perdana saham bursa efek Indonesia (BEI).
Iklim investasi adalah seluruh rangkaian kebijakan, kelembagaan serta lingkungan, baik yang sedang berlangsung maupun yang diharapkan terjadi di masa datang yang bisa mempengaruhi tingkat pengembalian dan risiko suatu investasi.
Wakil Ketua Umum Bidang perindustrian Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bobby Gafur Umar menilai, iklim investasi di Indonesia sudah membaik. Hal ini dilihat dari regulasi yang bisa mendukung penerapan investasi seperti Omnibus Law. Kadin Indonesia menilai bahwa iklim investasi di Indonesia sudah semakin menarik, bahkan setelah berhasil melewati dua tahun pandemi.
Bobby menerangkan, peraturan baru ini bisa memotong proses birokrasi yang panjang dalam proses investasi menjadi sederhana. Ditambah lagi, terdapat 270 juta penduduk di Tanah Air yang dapat membuat negara ini menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia.
Dirinya menjelaskan, dengan memperbaiki regulasi hal tersebut juga turut serta memperbaiki infrastruktur. Hal tersebut dilakukan demi menurunkan biaya logistik, memberikan insentif kepada investor hingga Indonesia menjadi sangat menarik sebagai negara destinasi investasi.
Dia juga menyebutkan, bahwa beberapa tahun yang lalu relokasi bisnis dari Tiongkok banyak menuju Vietnam dan negara lain di Asia Tenggara. Namun saat ini, Indonesia telah menjadi prioritas tujuan relokasi tersebut.
Bobby memaparkan, tahun ini Indonesia menunjukkan kinerja ekonomi yang sangat bagus, setelah berhasil melewati gejolak pandemi dalam dua tahun terakhir. Kadin melihat bahwa berdasarkan semua angka ekonomi, Indonesia masih menjadi salah satu pemasok di dunia, apalagi Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah.
Sementara itu, Presiden Jokowi menegaskan bahwa pemindahan ibu kota ke Nusantara merupakan langkah Indonesia untuk membangun budaya kerja, pemikiran, dan basis ekonomi baru. Presiden juga menjelaskan, bahwa IKN merupakan masa depan Indonesia yang mampu terwujud dengan adanya upaya bersama dari seluruh pihak, termasuk para investor.
Implementasi UU Cipta Kerja dan UU perpajakan tentu saja bisa dijadikan upaya konkrit pemerintah dalam meningkatkan daya tarik investasi dan penciptaan iklim usaha yang lebih baik dalam meningkatkan daya saing Indonesia.
Salah satu hal yang harus menjadi perhatian adalah mengenai keterlibatan Indonesia dalam perekonomian global. Indonesia merupakan negara yang cenderung inward dan ini terlihat dari indeks terkait partisipasi dalam ekonomi global di mana partisipasi Indonesia cenderung rendah.
Rasio FDI terhadap PDB Indonesia tergolong jarang sekali berada di atas 2% sementara negara-negara lain di kawasan ASEAN seperti Thailand mampu berada di atas 3.5 persen. Sedangkan Vietnam ternyata mampu mencapai 6 persen. Mungkin saja hal ini disebabkan karena kebijakan di Indonesia yang sifatnya kurang terbuka jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya di kawasan Asean kala itu.
Kini Pemerintah Indonesia perlu menjaga iklim investasi agar investor tidak ragu dalam menanamkan modalnya di Indonesia, dengan investasi yang subur, tentu saja pemulihan ekonomi akan terjadi lebih cepat sehingga banyak tenaga kerja yang terserap.
)* penulis adalah kontributor Ruang Baca Nusantara
(AH/AA)