Suarapapuanews, Denpasar– Pasca pandemi Covid-19, dari segi aktivitas masyarakat, sudah boleh dikatakan kembali normal, karena disana sini sudah banyak kemacetan lalu lintas. Demikian disampaikan anggota DPR-RI Nyoman Parta, SH di Denpasar, Kamis 20 Oktober 2022. “Namun kalau dilihat dari airport, sesungguhnya penerbangannya masih terbatas. Demikian juga hotel dan restoran masih banyak yang belum beroperasi, walau prospek industri pariwisata sudah lebih baik. Ini terjadi karena ada masalah aturan perbankan dimana saat ada keinginan mereka menambah kredit, tidak bisa dilakukan, karena harus ada cash flow walaupun jaminan aset mencukupi,” ujar anggota fraksi PDI-P, sambil menambahkan. “Bagaimana bisa ada cash flow, beropeasi saja tidak.
Terkait penyelenggaraan KTT G20, kata politisi asal Gianyar ini, masyarakat Bali harus bersyukur, diberi kesempatan daerahnya jadi tempat penyelenggaraan perhelatan besar dunia. “Jadi ini menunjukan Bali sebagai tempat yang memiliki rasa aman dan nyaman.
Namun disisi lain, politisi yang getol bicara pengelolaan sampah ini, bagaimana G20 ini bisa memberikan hal-hal yang lebih konkrit terhadap Bali.
Nomor satu, “misalnya G20 memberikan kontribusi nantinya, agar di Bali bisa dibangun suatu tempat pengolahan sampah yang lebih bagus, yang terpusat, standarnya jelas, diurus oleh SDM yang jelas, keamanannya terjaga, alatnya canggih sehingga di Bali tidak banyak ada tempat-tempat pengolahan sampah, justru tanpa standar yang akhirnya menimbulkan masalah.”
Yang kedua, kata Nyoman Parta bagaimana produk-produk Bali dibicarakan juga, salah satunya tentang sapi Bali. “Masak di G20 nantinya hanya menghidangkan sapi sapi asing (impor_red). Kan kita punya daging sapi, Sapi Bali. Kan juga bisa disediakan sebagai santapan untuk para tamu di acara G20.”
Yang ketiga, “G20 juga harus menghasilkan rekomendasi, bagaimana adat dan budaya Bali ikut juga diberikan perhatian. Karena adat dan budaya Bali memberikan kharisma Bali atau taksu Bali masih terawat sampai sekarang.”
Parta menjelaskan dari dulu sudah ada pertemuan-pertemuan besar di Bali seperti APEC dan Forum Demokrasi. “Jadi harus ada yang kongkrit dan perhelatan ini diadakan hingga selesai, harusnya ada sesuatu yang bisa dijadikan monumen karya dari perhelatan dari G20.”
Salah satu yang dibicarakan di G20 adalah persoalan pengurangan emisi karbon, pengendalian terjadinya perubahan iklim, efek rumah kaca, energi baru terbarukan, green ekonomi dan blue ekonomi.
Mengaca pada hal tersebut, terkait persoalan Bali, hutan Bali yang terfiri dari hutan konservasi dan hutan mangrove perlu perawatan, “Kita sudah ketahui mangrove adalah pohon atau tumbuhan paling besar kontribusinya di dalam mengurangi emisi karbon, karena merubah karbon jadi oksigen. Ini harus diberikan perhatian yang lebih serius, untuk perawatannya, untuk reboisasinya, maupun untuk penanaman pada tempat-tempat yang baru.
Sementara perawatan mangrove perlu perawatan berbiaya sangat besar. Karena merawat mangrove itu, kontribusinya besar, persis seperti merawat bayi. Tidak bisa seperti pohon lain, kita taruh kita lalu pergi. Seperti merawat bayi, karena kalau hidup dia memberi kontribusi besar, tidak saja oksigen, dia juga merubah karbon, dan yang kedua dia bisa jadi penyangga dari pantai kita agar tidak terjadi abrasi. Dia jadi tempat berkembangnya seluruh biota laut, bisa punya anak disana, bisa berkembang biak disana, bisa berlindung disana, dan bisa menjadi sarana paling ampuh bila terjadi tsunami.
Menutup wawancara Nyoman Parta menghimbau pada masyarakat Bali, harus memberi kontribusi positif, “Jaga keamanan, ikut berdoa, jadi kalau ada tamu datang berikan pelayanan yang baik, Tunjukan orang Bali menjadi masyarakat yang layak dan ramah dan jaga toleransi yang menjadi ciri khas orang Bali.
Sebelumnya Juru Bicara Pemerintah untuk Presidensi G20 Indonesia sekaligus penyanyi dan inflluencer, Maudy Ayunda menyampaikan bahwa anggota G20 berkomitmen mencari solusi atasi tantangan ekonomi global bersama.
“Kondisi ekonomi global yang kompleks ini menyebabkan semua negara tidak bisa hanya mengandalkan satu instrumen kebijakan saja. Diperlukan keseimbangan antara pemulihan ekonomi dan upaya menjaga stabilitas juga untuk mengurangi efek pandemi COVID-19,” kata Maudy.
Selain dampak ekonomi, Maudy juga menyoroti terkait isu kesehatan pada penyelenggaraan KTT G20, dirinya juga mengingatkan anak muda bahwa saat ini dunia bergerak begitu cepat dan penuh ketidakpastian.
“Ada banyak sekali kejadian yang tidak bisa diprediksi, dan anak muda harus memanfaatkan penanganan pandemi saat ini sebagai kesempatan untuk memahami cara penanganan selanjutnya dalam menghadapi pandemi di masa mendatang,” tutur Maudy.
(CA/AA)