Suarapapuanews, Jakarta– Iklim investasi merupakan hal yang harus dijaga demi meningkatnya investasi di Indonesia. Pandemi di Indonesia dengan segala tantangan ekonomi yang menerpa, rupanya telah berhasil dilewati hingga Indonesia masih menjadi salah satu destinasi investasi favorit di Asia Tenggara.
Iklim investasi adalah seluruh rangkaian kebijakan, kelembagaan serta lingkungan, baik yang sedang berlangsung maupun yang diharapkan terjadi di masa datang yang bisa mempengaruhi tingkat pengembalian dan risiko suatu investasi.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai bahwa iklim investasi di Indonesia sudah semakin menarik, bahkan setelah berhasil melewati dua tahun pandemi.
Wakil Ketua Umum Bidang perindustrian Kadin Indonesia Bobby Gafur Umar menilai, iklim investasi di Indonesia sudah membaik. Hal ini dilihat dari regulasi yang bisa mendukung penerapan investasi seperti Omnibus Law.
Bobby menerangkan, peraturan baru ini bisa memotong proses birokrasi yang panjang menjadi sederhana. Ditambah lagi, terdapat 270 juta penduduk di Tanah Air yang dapat membuat negara ini menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia. Dengan memperbaiki regulasi juga ikut memperbaiki infrastruktur. Hal ini dilakukan untuk menurunkan biaya logistik, memberikan insentif kepada investor hingga Indonesia menjadi sangat menarik sebagai negara destinasi investasi.
Bobby menyebutkan, beberapa tahun yang lalu relokasi bisnis dari Tiongkok banyak menuju Vietnam dan negara lain di Asia Tenggara. Namun saat ini, Indonesia telah menjadi prioritas tujuan relokasi tersebut. Tahun ini Indonesia menunjukkan kinerja ekonomi yang sangat bagus, setelah berhasil melewati gejolak pandemi dalam dua tahun terakhir. Sehingga Kadin melihat, berdasarkan semua angka ekonomi, Indonesia masih menjadi salah satu pemasok di dunia, terlebih Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah.
Meski demikian, Bobby mengatakan bahwa sejauh ini Indonesia baru memaksimalkan komoditas seperti batu bara dan crude palm oil (CPO) sebagai bahan baku. Menyadari hal ini, Pemerintah Indonesia mengubah kebijakan secara drastis di luar kebiasaaan dengan menumbuhkan industri hilir, demi meningkatkan ekonomi negara.
Dengan mengubah bahan baku menjadi produk bernilai tambah tinggi, ekspor produk nikel pada akhir Agustus 2022 meningkat menjadi 8,7 miliar US Dolar dari 1,1 miliar US Dolar sekitar enam tahun yang lalu.Peningkatan ini merupakan hal yang luar biasa.
Untuk dapat bertahan dalam jangka pendek hingga menengah, Bobby berpesan agar Indonesia dapat memperbesar dan menjaga pertumbuhan pasar domestik. Salah satunya dengan membeli produk dalam negeri, mensubstitusi produk dengan menufaktur lokal. Hal ini telah didukung pemerintah dengan kewajiban membelanjakan 40% APBN atau APBD untuk produk lokal, demi menciptakan percepatan pasar domestik yang semakin besar.
Bobby juga menyebutkan pemerintah telah melakukan pemberdayaan terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan melibatkan kemitraan bersama perusahaan besar. Sebab, 90% ekonomi Indonesia berasal dari UMKM.
Pada saat bersamaan, dijalankan pula peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia untuk mendukung perkembangan industri dan perekonomian. Sebab, upaya mendorong UMKM naik kelas, membutuhkan mitra yang bisa melakukan penelitian dan pengembangan.
Selain itu, Transformasi dan reformasi proses investasi di Indonesia dilaksanakan melalui penetapan dan pelaksanaan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja serta pemberian insentif bagi investor di sektor-sektor prioritas dan strategis. Simplifikasi dan percepatan proses pemberian izin yang dilaksanakan secara efektif dan transparan dengan menggunakan teknologi terkini, diharapkan mampu menarik pengusaha dari luar negeri untuk menanamkan modal di Indonesia.
Selain UU Cipta Kerja, pemerintah juga memberikan alternatif instrument investasi melalui Sovereign Wealth Fund Indonesia (SWFI) yang dikelola oleh Indonesia Investmen Authority (INA).
Sebelumnya, Kementerian Investasi telah mencatat realisasi investasi pada Januari-Juni 2022 sebesar Rp 584,6 triliun atau meningkat sebesar 32 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menyebutkan, bahwa capaian ini menandakan telah pulihnya kinerja Investasi terhitung sejak pandemi melanda . Meski demikian dirinya juga menilai bahwa saat ini situasi perekonomian global tengah diselimuti ketidakpastian akibat perang Rusia-Ukraina.
Namun, Bahlil tetap optimis, bahwa pihaknya mampu mencapai target realisasi yang telah ditetapkan oleh presiden Jokowi. Rasa optimis ini muncul karena adanya kepercayaan investor kepada pemerintah serta stabilitas politik yang turut serta dalam memperbaiki iklim investasi di Indonesia.
)* Penulis adalah kontributor Persada Institute
(AK/AA)