Suarapapuanews, Jakarta– Gelaran KTT G20 ternyata menunjukkan bagaimana komitmen yang sudah dilakukan oleh Indonesia selama ini semakin nyata dalam hal pengembangan ekonomi hijau. Bukan hanya mulai banyak kebijakan dalam negeri yang berubah, melainkan juga sebagai Presidensi, Indonesia terus mendorong negara lain lebih serius dalam hal ini.
Belakangan ini paradigma besar dunia memang telah bergeser dan mulai lebih peduli terhadap lingkungan, bahkan termasuk pada perekonomian pun yang selama ini dianggap terlalu mementingkan profit hingga mengorbankan lingkungan, namun justru ternyata orang mulai banyak sadar betapa pentingnya ekonomi hijau yang berkelanjutan.
Bukan hanya pada negara-negara Eropa atau di Amerika saja, melainkan Indonesia juga sadar akan pentingnya ekonomi hijau. Dalam situs resmi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dijelaskan dengan eksplisit bahwa Pemerintah terus mengembangkan Program pertumbuhan Ekonomi Hijau (Green Growth Program), yang mana manfaatnya sangatlah banyak karena juga turut andil dalam pengurangan kemiskinan dan bisa memastikan terjadinya inklusi sosial atau pemerataan sosial, serta disaat yang bersamaan pun kelestarian lingkungan hingga efisiensi sumber daya tetap terjaga.
Bahkan Pemerintah sendiri juga telah beberapa tahun belakangan ini membatasi penggunaan bensin premium demi bisa mewujudkan lingkungan yang rendah emisi dengan menekan penggunaan bahan bakar dengan oktan yang rendah seperti pada premium dan masyarakat mulai menggunakan pertalite sebagai bahan bakar yang umum.
Seluruh negara memang sudah sepatutnya mampu berkontribusi dalam upaya mencegah dampak buruk dari perubahan iklim global, lantaran perlu diketahui bahwa suhu dunia saat ini terus meningkat hingga 1,5 derajat Celcius. Maka dari itu, untuk bisa menjaga supaya kenaikan suhu global tidak terus terjadi, emisi harus bisa benar-benar ditekan.
Dengan seluruh tantangan lingkungan tersebut, Indonesia merupakan salah satu negara yang paling tanggap untuk melakukan dekarbonisasi diri, yakni menunjukkan komitmen nyata untuk terus mengurangi emisi karbon bahkan dengan target hanya 29 persen saja nantinya pada tahun 2030. Hal tersebut merupakan bukti nyata bahwa Bangsa ini sangatlah menyadari betapa pentingnya beralih ke ekonomi berkelanjutan dan mulai mengganti energi menjadi berbasis non-fosil.
Pada era kepemimpinan Presiden Joko Widodo, promosi mengenai ekonomi hijau memang benar-benar gencar dilakukan lantaran memang disatu sisi Indonesia sendiri merupakan sebuah negara yang memiliki Sumber Daya Alam (SDA) sangat melimpah seperti sungai, panas bumi, angin, hingga panas matahari, sehingga tentu ekonomi berkelanjutan akan sangat penting untuk menjamin kualitas hidup generasi penerus. Di lain sisi, ternyata dengan menggencarkan ekonomi hijau juga mampu untuk membantu meningkatkan kesejahteraan serta menghindari degradasi lingkungan.
Contoh lain dari bagaimana upaya Indonesia dalam berfokus pada peningkatan ekonomi hijau adalah dengan mengupayakan supaya investasi dari pihak manapun, entah itu swasta ataupun negara lain, terus diarahkan tujuannya untuk mendukung ekonomi ramah lingkungan yakni pada infrastruktur serta aset yang memang mampu untuk mengurangi emisi karbon dan polusi, termasuk juga mampu meningkatkan efisiensi sumber daya.
Sementara itu, sejauh ini memang sudah hampir seluruh elemen difokuskan untuk beralih ke arah ekonomi hijau yang berkelanjutan seperti Bank Indonesia yang terus aktif meningkatkan pemahaman kepada masyarakat agar nanti terbiasa menggunakan instrumen keuangan yang mendorong pengelolaan ekonomi hijau. Bahkan mereka menyatakan dengan tegas komitmennya pula untuk menyediakan payung bagi investasi hijau dan keuangan berkelanjutan.
Kemudian dalam gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of Twenty (G20), Indonesia selaku Presidensi kembali menegaskan tekad dan komitmen tersebut dengan adanya kesepakatan supaya benar-benar bisa mencapai karbon netral pada tahun 2050 mendatang. Keuangan berkelanjutan sendiri merupakan hal-hal yang berkaitan dengan usaha pengembangan sumber-sumber pembiayaan yang mampu mendukung upaya dunia dalam memerangi perubahan iklim, termasuk tentunya penanganan risiko transisi menuju ke ekonomi rendah karbon.
Perlu diketahui, bahwa dalam salah satu topik yang memang menjadi prioritas dari KTT G20, topik mengenai keuangan yang berkelanjutan memang menjadi isu tersendiri sehingga menunjukkan betapa pentingnya hal tersebut. Dengan Presidensi Indonesia di dalamnya, membuat mayoritas dari anggota G20 sendiri saat ini mulai lebih serius untuk mengerjakan investasi hijau.
Namun ternyata masih ada permasalahan yang terjadi lantaran nyatanya sejauh ini investasi tahunan dari G20 sendiri masih mencapai 120 miliar US Dollar, dengan proporsi ekonomi hijau hanya 11 persen saja. Padahal menurut pihak Program Lingkungan PBB (UNEP), jika memang hendak mencapai netral karbon pada 2050 maka setidaknya harus ada investasi dari G20 mencapai 285 miliar US Dollar per tahun hingga 2050 nanti.
Maka dari itu, Indonesia memiliki peran sangat penting dalam hal itu lantaran selaku Presidensi G20 sehingga akan terus mengangkat isu ketimpangan tersebut dan mengajak seluruh negara mampu lebih memperbaikinya dengan mengajak mereka untuk semakin intensif dalam pengalokasian dana untuk investasi berbasis alam. Tak hanya itu, Presiden Jokowi sendiri juga pernah menyatakan dengan tegas bahwa Indonesia dapat berkontribusi lebih cepat terhadap program nol emisi dunia ini.
Komitmen untuk bisa lebih berfokus dan mulai peralihan pada ekonomi hijau yang berkelanjutan memang terus secara konkret diwujudkan oleh Indonesia. Banyak kebijakan dalam negeri yang perlahan mulai dirubah demi bisa menciptakan pengurangan emisi karbon. Terlebih ketika menjadi presidensi KTT G20, maka Indonesia semakin berfokus dalam pengembangan ekonomi hijau bahkan juga mengajak negara-negara lain untuk lebih serius.
)* Penulis adalah kontributor Nusa Bangsa institute
(AH/AA)