Suarapapuanews, Jakarta– Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu tulang punggung yang mempunyai peranan penting dan strategis dalam struktur perekonomian Indonesia. UMKM berperan dalam mendorong aktivitas ekonomi seperti menjadi sumber pendapatan dan juga sumber pekerjaan, terutama bagi kelompok miskin yang berjumlah sekitar 689 juta orang (tahun 2019).
UMKM juga berperan sebagai penyedia jasa-jasa penting bagi masyarakat, misalnya UMKM yang bergerak di bidang kesehatan, pendidikan, serta UMKM yang menyediakan layanan jasa terkait utilitas seperti air bersih, sampah dan sebagainya. Selain itu, UMKM juga berperan dalam perbaikan dan konservasi lingkungan, misalnya UMKM yang bergerak di bidang pertanian, perikanan, dan yang lainnya. UMKM mampu memenuhi peran sebagai pengentas kemiskinan setelah beberapa kali krisis atau bencana yang menimpa Indonesia membuat banyak pekerja formal kehilangan pekerjaan sehingga mereka membuat usaha atau dipekerjakan oleh pelaku UMKM.
KTT G20 mendukung industri UMKM Indonesia
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 atau Group of Twenty adalah sebuah forum utama kerja sama ekonomi internasional yang beranggotakan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia. G20 merupakan representasi lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia. Indonesia yang menjadi tuan rumah Presidensi G20 tahun 2022 mengambil tema “Recover Together, Recover Stronger”. Melalui tema tersebut, Indonesia ingin mengajak seluruh dunia untuk bahu-membahu, saling mendukung untuk pulih bersama serta tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan.
Indonesia bisa mendapatkan manfaat dari informasi dan pengetahuan lebih awal tentang perkembangan ekonomi global, potensi risiko yang dihadapi, dan kebijakan ekonomi yang diterapkan negara lain terutama negara maju. Dengan demikian, Indonesia mampu menyiapkan kebijakan ekonomi yang tepat dan terbaik, serta dapat memperjuangkan kepentingan nasional dengan dukungan internasional lewat forum ini. Nama dan prestasi Indonesia juga semakin dikenal dan diakui oleh berbagai organisasi dan forum internasional.
Di ajang G20, Indonesia memiliki kesempatan untuk membentuk kebijakan perekonomian dunia yang inklusif, dengan menyertakan keterlibatan semua pihak, termasuk dalam membantu UMKM.
Pandemi COVID-19 yang berlangsung dari quartal 1 tahun 2019 hingga selama lebih dari dua tahun memberikan dampak yang sangat besar bagi perekonomian di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia.
Indonesia terbukti berhasil melewati krisis pandemi COVID-19 dan mampu bangkit serta pulih lebih cepat dibandingkan banyak negara lain, sehingga mendapatkan apresiasi dari Bank Dunia (World Bank). Sepanjang tahun 2021, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia naik menjadi 3,7%. Bahkan hingga akhir tahun 2022 ini, Bank Dunia memperkirakan, pertumbuhan PDB Indonesia akan meningkat lagi menjadi 5,2%.
Berdasarkan data Bank Dunia, terdapat 365 juta – 445 juta UMKM di negara berkembang dengan komposisi 25 juta – 30 juta usaha formal kecil dan menengah, 55 juta – 70 juta usaha mikro formal dan sekitar 285 juta – 345 juta usaha informal.
Merujuk dari laporan yang dikeluarkan salah satu unit PBB, United Nations Department of Economic and Social Affairs (UN DESA), sebanyak 4 dari 5 atau 80% pekerjaan di sektor formal juga baru diciptakan dari UMKM.
Sebanyak 99,99% dari pelaku usaha di Indonesia merupakan UMKM dengan penyerapan tenaga kerja hingga 97% dan berkontribusi terhadap PDB nasional sebesar 61,97%.
Pelaku Industri UMKM sangat terbantu dengan penyelenggaraan KTT G20
Beberapa sub-forum KTT G20 dengan tema perumusan solusi pemulihan dan penguatan ekonomi global dalam mendukung pelaku usaha untuk digitalisasi UMKM agar lebih kompetitif serta tidak tertinggal dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia yang digelar di beberapa daerah, seperti di Yogyakarta, NTT, Bali, dan Bangka Belitung, telah membuat beberapa UMKM mendapat pembelajaran baru serta mendapat pasar internasional.
Contohnya UMKM ‘Emping Melinjo Bu Poni’ di Yogyakarta yang berhasil go international ke New Zealand berkat jejaring dan promosi lewat media digital membuat produk ini bisa merambah ke luar negeri. Mereka merangkul pemuda lokal melalui organisasi desa seperti karang taruna dengan melakukan pelatihan digital marketing. Emping Melinjo Bu Poni berinovasi dengan berbagai cara kreatif, seperti memakai tools digital untuk memasarkan produk di website, marketplace lokal, dan marketplace internasional Alibaba, serta memperluas jaringan internasional dengan diaspora di New Zealand, Australia, dan Belanda.
Selanjutnya forum di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, telah dilaksanakan pembahasan keterampilan digital dan literasi digital untuk mengembangkan industri UMKM agar bisa memasarkan produk-produk yang dihasilkan mereka di pasar online. Selain itu, dengan keterampilan digital, UMKM diharapkan bisa menghasilkan teknologi atau aplikasi baru yang bisa dipergunakan oleh para pelaku usaha lain sejenis. Kementerian Kominfo terus melakukan pendampingan terhadap UMKM untuk berjualan secara aktif di platform digital, misalnya pada 26.000 UMKM sektor pengolahan di 10 destinasi wisata prioritas pada 2021 serta di sektor makanan, minuman, kerajinan kayu, anyaman, tekstil, pakaian jadi, furniture, kerajinan kulit, dan kerajinan tangan. Dari Mei hingga Oktober 2022 Kominfo sedang melakukan pendampingan bagi 30.000 UMKM untuk meningkatkan kemampuan teknologi Industri 4.0 bagi produsen sektor pengolahan di 13 kawasan prioritas, termasuk provinsi Nusa Tenggara Timur.
Sementara di Bali, Uwais Craft yang merupakan UMKM di bidang craft, food & beverage, sejak Agustus lalu sudah mendapatkan kenaikan pesanan sebesar 70% dari biasanya. Produk terlaris yang di produksi oleh Uwais Craft berupa pouch, tas laptop dan tote bag yang berbahan dasar kain tenun Bali ini, menjadi salah satu produk yang paling banyak dipesan. Mereka sangat terbantu dengan diadakannya G20 di Pulau Bali dengan meningkatnya pesanan hingga 70% menjadi 100 – 200 pcs untuk sekali pesanan. Dampak positif yang didapat salah satunya adalah mendapatkan wawasan mengenai bagaimana cara untuk menjadi pengusaha, dan bagaimana menentukan target market untuk memasarkan produknya, karena sebagus apa pun produk yang dihasilkan, akan percuma kalau tidak ada marketnya.
Kemudian sebanyak 200 pelaku UMKM di Kepulauan Bangka Belitung ikut memeriahkan pertemuan sub-forum G20 yang dihadiri puluhan delegasi dari 22 negara pada beberapa waktu silam. Semua produk UMKM yang ditonjolkan sangat beragam, mulai dari batik, cual, aksesoris, kerajinan tangan, makan beku dan makanan kering tersedia lengkap dengan kaos G20. Diharapkan melalui G20 ini pelaku UMKM lebih kreatif dan terus semangat meningkatkan nilai produknya agar dapat bersaing dengan produk luar negeri.
UMKM Indonesia perlu naik kelas agar semakin berdaya saing pada era digital ini. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu UMKM harus lebih aktif untuk integrasi dengan teknologi digital era Industri 4.0. yang disokong oleh bantuan pemerintah dan sektor swasta. Selanjutnya, UMKM perlu mendapatkan bantuan modal pembiayaan yang koheren sehingga akan menimbulkan efek dorong yang lebih kuat. Selain itu, UMKM juga harus didorong menjadi bagian rantai pasok global, seperti menjadi pemasok bagi beberapa perusahaan swasta atau BUMN.
(AD/AA)