Suarapapuanews, Jakarta– Investasi telah terbukti membawa banyak manfaat bagi perkembangan ekonomi di Indonesia, seperti terserapnya banyak tenaga kerja. Sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa komitmen investasi di Indonesia harus benar-benar dijaga.
Kadin Indonesia Komite Tiongkok (KIKT) berkomitmen untuk mendorong pelaku bisnis di Indonesia dan Tiongkok untuk terus bersinergi, sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran kedua negara.
Selain itu, KIKT juga berkomitmen untuk bahu-membahu dengan pemerintah dalam membuka pintu kerja sama perdagangan dan investasi antara Indonesia-Tiongkok, sekaligus memastikan para investor untuk dapat menjalankan bisnis dan mendapatkan mitra terbaik. Selain itu, komite juga berupaya untuk meningkatkan nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok.
Ketua Kadin Indonesia Komite Tiongkok Garibaldi Boy Thohir menuturkan, bahwa sebagian besar investasi China di Indonesia telah sejalan dengan prioritas pemerintah saat ini, yakni pengembangan industri hilirisasi di Indonesia, yang diharapkan dapat memaksimalkan nilai tambah untuk kepentingan nasional.
Pengembangan industri di Tanah Air diharapkan dapat membuka lapangan kerja, meningkatkan ekspor, menghasilkan devisa, meningkatkan pendapatan negara, serta mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Boy menuturkan bahwa Indonesia patut bersyukur bahwa di usia ke 77, Indonesia masih memiliki fundamental ekonomi yang baik, meski pandemi Covid-19 belum sepenuhnya pulih.
Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi yang positif sebesar 5,44 persen pada kuartal II tahun 2022, serta neraca perdagangan yang surplus selama 27 bulan berturut-turut. Bahkan, nilai surplus pada semester ini telah mencapai Rp 364 triliun. Indonesia juga dapat mengendalikan inflasi di kisaran 4,9% jauh di bawah rata-rata inflasi ASEAN di kisaran 7% dan di bawah inflasi negara-negara maju di kisaran 9%.
Sementara itu, Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid berharap agar hubungan antara Indonesia dan Tiongkok akan semakin baik ke depannya. Dirinya mengatakan tantangan yang dihadapi dunia saat ini tidaklah mudah. Tantangan ini haruslah dihadapi bersama, dengan mempererat kolaborasi dan kerja sama antara kedua negara.
Pada kesempatan berbeda, Mahfud MD selaku Menko Polhukam mengatakan bahwa pemerintah terus mendukung dunia usaha, termasuk pelaku usaha kedua negara, agar dapat menjalankan bisnis dengan lebih baik.
Dengan demikian tentunya diharapkan akan terjadi peningkatan perdagangan di antara kedua negara, yang pada ujungnya dapat meningkatkan perekonomian kepada masing-masing negara.
Duta Besar Indonesia untuk China Djauhari Oratmangun, mengatakan arah investasi ekonomi terbesar kedua ini ke Indonesia akan diprioritaskan ke sektor, energi terbarukan dan ekonomi digital. Djauhari menuturkan, pemerintah Indonesia telah mendorong investasi dengan nilai tambah tinggi dari sumber daya mineral menjadi bahan jadi atau setengah jadi.
Dengan kontribusi ekonomi digital terhadap perekonomian nasional China yang tembus 32 persen, perusahaan digital China yang diyakini akan banyak berekspansi ke Tanah Air. Adapun industri farmasi, terutama bioteknologi juga menjadi andalan bagi Indonesia dalam mempromosikan investasi.
Sementara itu, salah satu investasi besar yang ditunggu-tunggu berasal dari sektor kendaraan listrik dengan kehadiran pemain manufaktur baterai terbesar di dunia, Contemporary Amperex Technology Co.Ltd. (CATL).
Realisasi investasi China pada 2021 tercatat mencapai 3,9 Miliar US Dollar. Turun dari 4,8 miliar pada 2020. Dirinya menyebutkan, presidensi G20 pada tahun ini diyakini akan mendorong badan investasi China di dalam negeri.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani meyakini bahwa kontribusi wisatawan China di Indonesia juga akan mengalami pertumbuhan pesat seiring dengan pelaku perjalana.
Sebelumnya, pengamat APBN Awalil Rizky mengatakan kebutuhan negara akan investasi asing tidak hanya sekadar nilai investasi yang ditanamkan. Melainkan kebutuhan transfer teknologi dari perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia.
Kehadiran investasi dari negara lain juga akan mempermudah Indonesia untuk masuk ke dalam ekosistem perdagangan internasional. Tidak hanya itu, ini juga membuka peluang produk buatan asli Indonesia ini terjual ke pasar global dengan adanya pasar terbuka.
Selain dari sektor pariwisata, investasi juga datang dari sektor otomotif, di mana industri otomotif Indonesia yang akan mendapatkan penyegaran dari beberapa pabrikan asal Jepang, Korea Selatan dan China melakukan Investasi.
Di sisi lain, presiden RI Joko Widodo (Jokowi) juga tidak tinggal diam. Jokowi juga turut mendorong investor asing untuk masuk ke Indonesia, termasuk ketika melakukan kunjungan ke negara Asia Timur seperti Tiongkok, Korea Selatan dan Jepang pada akhir Juli lalu.
Hasil dari kunjungan Jokowi ke negara-negara tersebut rupanya tidak sia-sia, di mana Indonesia bisa mendapatkan komitmen investasi sebesar USD 6,72 miliar dari Korea Selatan, nilai tersebut setara dengan Rp 100 triliun lebih.
Prioritas pembangunan Ekonomi Nasional telah disusun, meski demikian Indonesia patut berbangga karena dengan masuknya arus investasi yang mampu meningkatkan taraf ekonomi serta mengurangi jumlah angka pengangguran.
)* Penulis adalah kontributor Persada Institute
(SA/AA)