Suarapapuanews, Jakarta– Indonesia saat ini tengah memproduksi vaksin sendiri. Erick Thohir selaku Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengatakan bahwa vaksin Covid-19 buatan Bio Farma segera diluncurkan ke masyarakat. Bahkan, Presiden Joko Widodo sudah memberikan nama pada vaksin buatan perusahaan farmasi pelat merah ini.
BUMN saat ini masih menunggu Izin Penggunaan Darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) vaksin Covid-19 tersebut. Oleh karena itu, Indonesia masih impor vaksin Covid-19, baik yang diberikan oleh negara lain maupun yang dibeli oleh negara. Namun, Indonesia tidak bisa terus bergantung kepada negara lain.
Kebijakan vaksin ini akan didiskusikan oleh pemerintah dan akan ada aturan besarnya terkait harga, apakah gratis atau berbayar. Namun, vaksin tersebut merupakan vaksin mandiri buatan dalam negeri sehingga tidak perlu terus menerus mengimpor dari luar negeri.
Sebelumnya, Honesti Basyir selaku Direktur Utama Bio Farma mengatakan, saat ini Bio Farma sudah mendaftarkan hasil uji klinis fase 3 tersebut sebagai rangkaian proses untuk mendapatkam izin edar dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
Berdasarkan informasi terbaru yang penulis dapat, Bio Farma juga telah menyelesaikan audit Vaksin Covid-19 oleh LPPOM MUI dan rencananya, dalam waktu dekat akan tersertifkasi untuk aspek kehalalannya. Jika semua berjalan sesuai rencana, Vaksin Covid-19 Bio Farma akan meluncur pada 17 Agustus mendatang.
Namun, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) belum memberikan keterangan terkait vaksin tersebut akan digunakan untuk vaksinasi primer ataupun booster. BPOM berjanji akan segera memberikan informasi lebih lanjut terkait perkembangan vaksin produksi dalam negeri tersebut.
Selain itu, Bio Farma memastikan bahwa stok vaksin Covid-19 mencukupi untuk booster kedua. Hal tersebut dikarenakan stok vaksin Covid-19 hingga saat ini masih cukup banyak. Ditambah adanya vaksin buatan dalam negeri yang sedang diproses oleh BPOM, sehingga tikda perlu takut kekurangan stok vaksin Covid-19.
Dari sisi teknologi, sampai saat ini Bio Farma yang membuat vaksin, tetapi nanti ada juga beberapa proyek yang dikerjakan pihak Bio Farma sebagai lembaga penelitian. Seperti dengan Universitas yang memiliki forum riset, sehingga Bio Farma akan berbagi kepada kalangan akademisi, dari sisi penelitiannya, serta Bio Farma sebagai pihak yang memproduksi.
Untuk penamaan vaksin sendiri, harapannya akan disampaikan oleh Presiden Joko Widodo sekaligus sebagai hadiah ulang tahun ke-77 bagi Indonesia. Nantinya Vaksin buatan Bio Farma tersebut tidak hanya digunakan di Indonesia, tetapi juga akan didonasikan ke negara luar yang membutuhkan setelah registrasi dilakukan ke WHO.
Vaksin tersebut sudah terdaftar pada tahap pengembangan kandidat vaksin WHO Covid-19 sejak Juni 2021. Bio Farma juga telah menyelesaikan audit vaksin Covid-19 oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) dan dalam waktu dekat akan tersertifikasi untuk aspek kehalalannya.
Vaksin Covid-19 tersebut menggunakan teknologi Subunit Protein Rekombinan (protein Receptor Binding Domain/RBD) harus melalui perjalanan yang panjang hingga bisa digunakan. Fase pertama melibatkan 175 subjek berusia mulai dari 18 tahun sejak 16 Februari 2022 dengan hasil baik.
Selanjutnya, Uji Klinik Fase 2 bertujuan untuk mengevaluasi dan memilih dosis vaksin terbaik untuk berlanjut ke fase 3 dengan melibatkan 360 subjek relawan berusia 18 tahun ke atas. Fase 2 dimulai sejak 13 April 2022 serta Fase 3 yang melibatkan 4.050 subjek usia 18 tahun keatas.
Yetty Movieta Nency selaku Peneliti Utama Uji Klinik Vaksin Covid-19 buatan dalam negeri mengatakan bahwa proses uji klinik membutuhkan kerja sama. Walaupun sudah menyelesaikan uji klinik fase 3 nanti, evaluasi tetap akan dilakukan hingga satu tahun ke depan.
Namun, dalam kondisi darurat seperti pandemi COVID-19, penelitian semua vaksin COVID-19 bisa dilakukan akselerasi dengan tetap memerhatikan standar keamanan, khasiat, atau efikasi, dan mutu yang dikeluarkan oleh BPOM serta memenuhi standar tinggi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Relawan yang melakukan uji klinik harus melalui serangkaian tes untuk memastikan kesehatan calon relawan pada rentang usia antara 18-70 tahun dan belum pernah terpapar Covid-19. Relawan akan mendapat dua kali suntikan dengan rentang waktu 28 hari.
Kabar baik dari uji klinik yang dilakukan sejauh ini adalah belum adanya relawan yang mengalami Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang serius. KIPI yang paling umum dilaporkan yaitu nyeri lokal di sekitar area suntik dan nyeri otot dengan intensitas ringan serta demam pasca penyuntikan. Gejala tersebut akan hilang dengan sendirinya dalam kurun waktu 1 sampai 2 hari selepas disuntik.
Menurut penulis, usaha pemerintah dalam mengembangkan vaksin dalam negeri sudah sangat baik. Hal tersebut patut kita apresiasi, karena dengan adanya vaksin buatan sendiri, Indonesia tidak perlu lagi mengimpor vaksin dari negara lain. Harapannya akan menekan biaya pembuatan vaksin, sehingga vaksin dapat diberikan kepada seluruh masyarakat di Indonesia secara gratis.
*Penulis adalah kontributor Trilogi Institute
(SP/AA)