Suarapapuanews, Jakarta– Kunjungan yang dilakukan oleh Presiden Jokowi ke China dengan misi khususnya ternyata membawa hasil sangat memuaskan. Hal itu disebabkan negara Negeri Tirai Bambu itu sudah berkomitmen untuk terus menjalin kerja sama di bidang investasi hingga perdagangan dengan Indonesia.
Saat ini Pemerintah memang sedang terus berjuang untuk bisa segera membuat Indonesia kembali pulih sektor perekonomiannya usai pandemi COVID-19. Selain itu, belakangan juga terus adanya sentimen negatif pada ekonomi global mengenai ancaman inflasi hingga resesi yang terjadi di negara-negara besar. Maka dari itu segala upaya akan terus dilakukan demi bisa bertahan melawan berbagai guncangan tersebut.
Salah satu hal yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo dan juga mendapatkan banyak sekali apresiasi dari banyak pihak adalah dengan melakukan kunjungan kerja secara langsung di tiga negara Asia Timur, yakni China, Jepang dan Korea Selatan. Selain memang menguatkan posisi sebagai Presidensi G20, namun dalam kunjungan tersebut Presiden Jokowi juga membawa beberapa misi termasuk di dalamnya adalah upaya perdamaian dunia hingga membahas strategi investasi.
Secara garis besar memang terdapat misi khusus yang akan dilakukan oleh Presiden Jokowi dalam kunjungannya ke tiga negara di Asia Timur tersebut. Dalam keterangannya, beliau menyampaikan bahwa selain memang ketiga negara itu sudah menjadi mitra penting ASEAN dan juga mitra dalam konteks G20, namun sejumlah isu juga tidak bisa lepas untuk terus dibahas bersama, yakni mengenai isu kawasan dan dunia, kesehatan hingga perikanan.
Pada Selasa (26/7), Presiden Jokowi melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri (PM) China, Li Keqiang. Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa memang tidak bisa dipungkiri bahwa China merupakan salah satu mitra strategis yang dimiliki oleh Indonesia dan memang sejauh ini kerja sama yang telah dilakukan oleh kedua negara selalu saling menguntungkan.
Lebih lanjut, Presiden Jokowi juga menyatakan bahwa alasan kedatangannya ke China itu adalah untuk membahas lebih detail mengenai berbagai kerja sama khususnya dalam bidang perdagangan, investasi, infrastruktur, keuangan, pendanaan hingga dalam aspek maritim. Sejauh ini nilai perdagangan yang telah terjadi antara kedua negara memang cukup bisa dikatakan fantastis lantaran sudah melampaui 100 miliar US Dollar. Meski begitu, Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa ternyata nilai tersebut masih sangat besar peluangnya untuk terus ditingkatkan.
Pada akhir prosesi pertemuan itu, secara resmi Presiden Jokowi mampu untuk kembali menarik investasi dari China. Pasalnya mereka menyampaikan sebuah komitmen untuk terus menambah impor Crude Palm Oil (CPO) hingga 1 juta ton dari Indonesia. Bukan hanya itu, namun untuk hal lain, China menyatakan bahwa akan lebih memprioritaskan apapun produk impor, khususnya di bidang pertanian hanya dari Indonesia saja.
Tak cukup sampai di sana, kedua pemimpin tersebut juga sempat membahas mengenai bagaimana kerja sama dalam bidang pembangunan yakni untuk membangun Green Industrial Park yang ada di Kalimantan Utara. Tentunya dengan segala prospek ke depan mengenai kerja sama dalam bidang perdagangan dan juga investasi ini, sangat patut kiranya langkah yang telah dilakukan oleh Presiden Jokowi untuk datang langsung ke China tersebut diberikan apresiasi besar.
Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi menyatakan bahwa kunjungan yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo itu adalah kunjungan pertama dari pemimpin dunia dari negara lain ke China secara langsung di luar pertemuan dalam ajang Olimpiade Musim Dingin di Beijing. Maka Indonesia akan menjadi salah satu negara yang sangatlah diperhatikan oleh China dan memiliki tempat spesial di sana.
Apresiasi lain mengenai hasil kunjungan kerja yang telah dilakukan oleh Presiden RI ke China tersebut disampaikan oleh Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Ahmad Heri Firdaus. Menurutnya kunjungan yang dilakukan oleh Presiden Jokowi merupakan strategi sangat tepat untuk bisa mengutangi defisit perdagangan yang belakangan sedang terjadi.
Bagaimana tidak, pasalnya belakangan memang sedang ada defisit lumayan besar terkait perdagangan yang terjalin antara Indonesia dengan China sebelum keberangkatan Presiden Jokowi ke sana. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa telah terjadi defisit hingga 2,23 miliar US Dollar dibarengi dengan penurunan ekspor ke China hingga senilai 1,58 miliar US Dollar.
Ternyata penurunan yang terbesar itu terdapat pada komoditas bahan bakar mineral dan juga lemak serta minyak nabati. Maka dari itu strategi Presiden untuk langsung mendatangi PM Li Keqiang termasuk di dalamnya adalah membahas perdagangan mengenai produk-produk yang bernilai tambah tinggi jika dibandingkan dengan bagaimana persaingan perdagangan global.
Hasilnya ternyata memang sangatlah memuaskan lantaran pihak China langsung menyepakati, bukan hanya dalam segi investasi namun mereka juga langsung menegaskan bahwa akan menambah perdagangan CPO dari Indonesia hingga 1 juta ton. Ditambah lagi dengan produk-produk pertanian dari Indonesia akan jauh lebih diprioritaskan oleh China untuk diborong.
Keberhasilan misi khusus yang dilakukan oleh Presiden Jokowi dengan terbukti mampu kembali menarik investasi dari China dan juga telah terjamin dengan komitmen mereka untuk menambah perdagangan pada komoditas CPO dan juga komoditas pertanian lainnya sudah tidak bisa dibantah lagi. Hal tersebut sangat panting untuk diberikan apresiasi setinggi-tingginya lantaran sebagai bentuk upaya Pemerintah dalam menggerakkan roda perekonomian bangsa di tengah banyaknya guncangan seperti sekarang ini.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute
(DP/AA)