Suarapapuanews, Jakarta– Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyatakan, Presidensi G20 Indonesia sangat krusial dalam menyelamatkan ketahanan pangan global. Pasalnya, saat ini terjadi perang Rusia dan Ukraina.
“Posisi Indonesia sangat krusial karena sebagai presidensi G20, masalahnya jauh lebih komplek dibandingkan dengan sebelum adanya perang Rusia-Ukraina,” kata Bhima dalam dialog di radio Elshinta, Kamis (21 Juli 2022).
Menurut Bhima, meski Indonesia secara langsung tidak memiliki kepentingan terhadap Rusia dan Ukraina, namun karena Indonesia memegang kendali di dalam Presidensi G20, maka Indonesia diharapkan dapat menjembatani pihak-pihak yang berkonflik. Terutama blok barat serta Rusia dengan Tiongkok.
“Yang paling krusial adalah hambatan dalam pemulihan ekonomi. Pandemi melandai, sekarang masalah ketahanan pangan,” ujarnya.
Bhima menambahkan, sejauh ini yang bisa dilakukan dalam ketahanan pangan adalah memberi proteksi ataupun pembatasan-pembatasan pangan. Hal itu dilakukan oleh negara-negara penghasil pangan di G20, seperti India, Amerika Serikat, dan Turki. Diharapkan negara-negara yang memiliki cadangan pangan tidak melakukan pembatasan berlebihan.
“Kalau sekedar memenuhi kebutuhan di dalam negeri, membatasi ekspor dalam waktu temporer, itu masih bisa dibenarkan. Tapi kalau ini dilakukan lebih dari 30 negara bersama-sama melakukan proteksi ekspor pangan, maka akan memperburuk krisis pangan,” ungkapnya.
Untuk itu, kata Bhima, Indonesia harus memoderasi agar negara-negara penghasil pangan tidak melakukan proteksi pangan secara berlebihan.
“Tentunya juga menjaga perlindungan sosial bagi masyarakat rentan dan para petani. Sebab kenaikan biaya pertanian, terutama pupuk yang harganya naik 180 persen secara internasional,” jelasnya.
(CA/AA)