Suarapapuanews, Jakarta– Seluruh masyarakat harus kembali menggencarkan penerapan protokol kesehatan pada diri mereka masing-masing. Hal tersebut menjadi salah satu langkah yang mampu diambil untuk bisa mencegah terjadinya lonjakan kasus Covid-19 yang utamanya disebabkan oleh munculnya sub varian terbaru dari Omicron yakni BA.4 dan BA.5.
Keberadaan pandemi Covid-19 memang masih nyata dan belum benar-benar berakhir di dunia termasuk Indonesia sendiri. Apalagi belakangan terjadi mutasi dari varian Omicron yang kemudian menurunkan sub varian terbaru yakni BA.4 dan BA.5. Maka dari itu Kementerian Kesehatan terus memberikan imbauan kepada seluruh masyarakat untuk tetap meningkatkan kewaspadaannya.
Peningkatan kewaspadaan tersebut bisa dilakukan dengan terus menjaga ketatnya protokol kesehatan yang selama ini juga bisa dikatakan sangat efektif memutus mata rantai penularan Covid-19, yakni dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, menjaga jarak dengan orang lain dan terus mengenakan masker jika berada di luar rumah.
Demi bisa menggalakkan sosialisasi pentingnya terus menerapkan protokol kesehatan, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 akan kembali menggiatkan prokes kepada seluruh masyarakat hingga di tingkat desa dan juga kelurahan yang merupakan skala mikro karena tentu perannya tidak bisa diabaikan jika hendak mendukung sistem ketahanan negara secara keseluruhan.
Kepala Subbidang Dukungan Kesehatan Bidang Darurat Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Alexander K Ginting menyatakan bahwa kampanye penyuluhan mengenai pentingnya mengenakan protokol kesehatan demi mampu mencegah penularan BA.4 dan BA.5, bahkan juga akan menyasar kepada masyarakat komuter yang biasanya menggunakan sarana angkutan umum yakni kereta dan bus.
Alexander menambahkan bahwa terjadinya kenaikan kembali kasus positif Covid-19 di Indonesia meski beberapa waktu lalu sempat melandai yakni adalah karena mulai banyak ditemui masyarakat yang melakukan pelonggaran pada protokol kesehatannya. Tidak hanya itu, namun dengan upaya untuk kembali membangkitkan perekonomian, maka masyarakat juga mulai banyak melakukan mobilitas sehingga jika mobilitas tersebut tinggi namun tidak disertai dengan penerapan protokol kesehatan, maka yang terjadi adalah risiko penularan akan meninggi.
Data dari pihak Kementerian Kesehatan, tercatat bahwa peningkatan kasus infeksi BA.4 dan BA.5 terus terjadi bahkan mencapai 143 kasus dari total 1.907 kasus positif di seluruh Indonesia. Dalam sebuah konferensi pers, dr. Mohammad Syahril menjelaskan kepada seluruh masyarakat mengenai apa saja gejala yang dialami ketika seseorang ternyata terkonfirmasi positif BA.4 dan BA.5.
Menurutnya, gejala tersebut terutama akan terjadi pada batuk, kemudian biasanya juga disertai dengan demam, flu, pilek. Sehingga bisa dikatakan bahwa memang gejala-gejala tersebut sangatlah mirip dengan ketika seseorang terpapar Omicron, akan tetapi dengan versi yang lebih ringan.
Lebih lanjut, dr. Mohammad Syahril mengaku kalau angka Covid-19 masih saja bisa mengalami fluktuasi entah itu kenaikan atau juga penurunan karena memang status pandemi masih belum berakhir. Untuk itu, kewaspadaan memang harus terus ditingkatkan. Di sisi lain, untuk benar-benar mampu mengubah status pandemi di seluruh dunia ini, maka Badan Kesehatan Dunia (WHO) sendiri memiliki target yakni setidaknya hingga Juni 2022 sudah sebanyak 70 persen populasi yang sudah mendapatkan dosis vaksin Covid-19 hingga dua kali.
Sementara itu, di Indonesia sendiri mengenai populasi masyarakat yang sudah mengalami vaksinasi adalah sebanyak 74 persen untuk dosis pertama, kemudian sudah sebanyak 62 persen untuk pemberian dosis kedua. Pihak Pemerintah juga akan terus menggencarkan pemberian vaksin karena demi segera mengentaskan pandemi dan mengincar target seluruh penduduk diberikan vaksinasi, yang mana memang telah menjadi program prioritas termasuk pemberian booster pula.
Maka sudah jelas bahwa selain upaya Pemerintah yang menjadikan program pemberian vaksinasi kepada seluruh masyarakat sebagai program prioritas, namun di sisi lain masyarakat sendiri harus bisa benar-benar memperhatikan penerapan protokol kesehatan yang mereka lakukan. Jangan sampai lengah karena merasa pandemi sudah tidak ada, sehingga justru meninggalkan penerapan prokes.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute
(EH/AA)