Jakarta, suarapapuanews– Forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 menjadi momentum penting untuk mengembangkan mobil listrik tanah air, karena kendaraan listrik jadi operasional dalam acara internasional tersebut. Pengenalan mobil listrik dalam kegiatan tersebut diharapkan dapat menunjukkan komitmen Indonesia untuk mendukung transisi energi konvensional ke energi hijau.
Indonesia menjadi presidensi G20 yang berarti KTT G20 diselenggarakan di negeri ini tahun 2022. Lokasi dari forum internasional ini adalah Bali, yang sejak era orde baru sudah jadi tempat berlangsungnya pertemuan dengan delegasi asing. Menjadi tuan rumah KTT G20 adalah sebuah kebanggan karena baru kali ini negara berkembang seperti Indonesia dipercaya jadi presidensi.
Ada banyak manfaat menjadi tuan rumah KTT G20. Selain bisa mempromosikan pariwisata, KTT G20 juga jadi momentum untuk mengembangkan mobil listrik di tanah air. Presiden Jokowi mendorong penyelenggaraan KTT G20 dengan menggunakan mobil listrik yang lebih ramah lingkungan. PLN telah meresmikan program SPKLU fast charging di 25 titik di Bali sehingga mendukung KTT G20. Mobil listrik yang akan digunakan adalah DFSK Gelora E.
Achmad Rofiqi, Marketing Head of PT Sokonindo Automobile menyatakan bahwa amanat Presiden Jokowi yang ingin menggunakan kendaraan berbahan bakar listrik sebagai operasional selama KTT G20 menjadi pembuktian industri otomotif Indonesia sudah maju dan siap jadi basis pengembangan mobil listrik.
Achmad Rofiqi melanjutkan, DFSK Gelora E yang ada di Indonesia ditawarkan dalam 2 model, minibus dan blind van. Keduanya bisa digunakan sebagai kendaraan operasional untuk membantu kelancaran mobilitas para peserta KTT G20 sebagai mobil shuttle. Juga akan mendukung kelancaran logistik. Mobil tipe minibus dan blind van bisa untuk mengangkut manusia maupun barang.
Mobil DFSK Gelora E menggunakan baterai Lithium-Ion dengan kapasitas 42 KWH dan daya isi listriknya cepat, hanya butuh 80 menit untuk mengisi 20-80% daya. Sekali diisi daya, mobil listrik ini bisa melaju sampai 3.000 KM. Mobil ini bisa diisi daya di rumah yang daya listriknya 220V, jadi untuk kalangan menengah mulai mempertimbangkan untuk memilikinya.
Penggunaan mobil listrik DFSK Gelora E menjadi momentum untuk mengembangkan industri mobil listrik di tanah air. Penyebabnya karena masyarakat melihat langsung seperti apa bentuk mobil listrik dan kecanggihannya. Ternyata mobil listrik modelnya tidak kalah keren dengan mobil yang menggunakan BBM.
Jika banyak yang tertarik akan mobil listrik maka masyarakat akan membelinya karena tertarik akan modelnya yang istimewa dan bahan bakarnya yang hemat. Apalagi untuk mengisi daya tidak perlu pergi ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) seperti mobil konvensional. Namun bisa diisi sendiri listriknya di rumah.
Ketika banyak peminatnya maka industri mobil listrik akan berkembang di Indonesia. Apalagi di negeri ini ada tambang nikel yang hasilnya bisa diolah jadi baterai mobil listrik. Keteersediaan sumber daya alam bisa mendukung industri mobil listrik di Indonesia.
Pemerintah memang menggalakkan penggunaan mobil listrik karena lebih ramah lingkungan. Pertama, mobil listrik tidak menggunakan bahan bakar minyak. BBM memang mudah ditemukan di mana-mana tetapi kelemahannya, ia berasal dari pengolahan fosil. Padahal persediaan fosil di Indonesia terbatas dan diprediksi 10-20 tahun lagi habis. Oleh karena itu masyarakat diharap bersiap untuk ganti dari BBM ke sumber daya listrik.
Kedua, mobil listrik ramah lingkungan karena tidak memiliki emisi gas buang. Jika tidak ada emisi maka tidak akan mengeluarkan asap tebal dan hitam yang bisa menyesakkan pengendara motor di belakang mobil tersebut.
KTT G20 menjadi momen penting untuk mengembangkan industri mobil listrik di Indonesia. Dengan adanya promosi mobil listrik tersebut, minat masyarakat untuk menggunakan kendaraan tersebut akan lebih meningkat, sehingga memberikan dampak positif bagi keseimbangan lingkungan.
)* Penulis adalah kontributor Nusa Bangsa institute
(AH/AA)