Jakarta, suarapapuanews– Pemerintah terus berupaya menekan inflasi dengan menahan kenaikan berbagai harga barang kebutuhan. Oleh sebab itu, diperlukan dukungan masyarakat agar perekonomian Indonesia dapat kembali stabil dan meningkat yang sebelumnya terdampak pandemi Covid-19.
Pandemi yang telah berjalan selama lebih dari 2 tahun membawa banyak efek negatif. Selain di bidang kesehatan, pandemi juga mempengaruhi bidang perekonomian dan menjadi krisis global. Pemerintah berusaha keras agar efek kelesuan ekonomi tidak terlalu berpengaruh di Indonesia dan perlahan kondisi finansial negara mulai membaik.
Saat ini memang terjadi inflasi akibat efek pandemi tetapi nilainya cukup kecil, hanya 3,5%. Masyarakat tidak usah takut karena tidak terlalu berpengaruh terhadap roda perekonomian negara. Namun pemerintah tetap waspada agar nilai inflasi tidak mengalami lonjakan sehingga kehidupan masyarakat tetap stabil. Penyebabnya karena jika ada inflasi maka harga barang naik gila-gilaan.
Presiden Jokowi menyatakan bahwa nilai inflasi di Indonesia cukup rendah karena pemerintah menahan harga pertalite, listrik, dan gas. Begitu mengikuti harga keekonomian pasti akan terjadi inflasi. Laju inflasi masih cukup terkendali meski terjadi ketidakstabilan di perekonomian global.
Presiden Jokowi juga menambahkan, harga BBM di Indonesia termasuk amat murah, karena Pertalite hanya 7.650 sedangkan Pertamax 12.500 rupiah. Bandingkan dengan harga BBM di negara-negara lain yang bisa di atas 20.000 rupiah per liter.
Pemerintah menekan inflasi karena ada banyak sekali kerugiannya. Pertama, sektor ekspor akan lesu karena biaya ekspor naik banyak. Hal ini akan merugikan para pengusaha di bidang ekspor. Padahal Indonesia punya banyak olahan hasil bumi yang jadi primadona di pasar ekspor.
Kedua, inflasi bisa membuat lonjakan kenaikan harga barang. Masyarakat akan gelisah karena harga-harga sembako dan barang lain merangkak naik. Mereka kerepotan karena harus membeli beras sedangkan harganya naik banyak. Jangan sampai hal ini terjadi karena akan menyengsarakan rakyat.
Masyarakat patut mendukung upaya pemerintah dalam menekan inflasi. Kebijakan-kebijakan seperti penstabilan harga BBM dan gas merupakan langkah tepat agar tidak terjadi inflasi yang parah. Sementara itu, masyarakat yang mampu juga diimbau untuk menggunakan gas elpiji 12 KG karena subsidi gas 3KG hanya untuk kalangan miskin.
Pemerintah memang patut diapresiasi karena tidak serta-merta menaikkan harga BBM di Indonesia. Memang sebuah dilema karena harga minyak mentah di pasar global naik drastis, dari 65 jadi lebih dari 100 dollar Amerika per barel. Namun BBM harganya masih stabil.
Masyarakat yang belum mampu membeli Pertamax bisa menggunakan BBM jenis Pertalite yang harganya lebih terjangkau. Namun jika punya mobil mewah atau motor sport tentu wajib pakai BBM non subsidi.
Penjelasan Presiden Jokowi tentang penahanan harga listrik dan gas otomatis juga menangkis isu bahwa harga gas elpiji dan tarif dasar listrik akan dinaikkan. Jika ada kabar yang beredar yang menyatakan bahwa listrik akan naik, maka itu hanya hoax. Bisa jadi hoax sengaja disebarkan oleh pihak oposisi.
Masyarakat perlu mengapresiasi segala upaya pemerintah untuk menekan agar tidak terjadi inflasi gila-gilaan di Indonesia. Jangan sampai harga BBM dan tarif dasar listrik dinaikkan secara drastis karena akan melonjakkan inflasi. Pemerintah tidak mau masyarakat jadi menderita gara-gara inflasi.
Pemerintah telah berusaha keras agar Indonesia tidak masuk ke dalam jurang resesi. Kendati demikian, dibutuhkan dukungan penuh masyarakat agar berbagai kebijakan Pemerintah tersebut dapat mendapatkan hasil maksimal.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute
(TA/AA)