Jakarta, suarapapuanews– Presiden Joko Widodo berhasil mendatangkan investasi dari luar negeri saat melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat. Kepercayaan dari investor tersebut diharapkan dapat meningkatkan citra positif investasi di Indonesia di mata dunia.
Beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi telah melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat (AS). Dalam kesempatan kunjungan kerja tersebut, Jokowi sempat bertemu dengan Chairman dan CEO Air Products, Seifi Ghasemi, di Hotel Ritz Carlton, Washington DC.
Presiden Jokowi mengatakan pentingnya realisasi rencana investasi perusahaan asal Negeri Paman Sam tersebut dan berharap rencana investasi dapat ditindak lanjuti. Dalam keterangan resminya, Jokowi menyambut baik penandatanganan MoU di Dubai pada November 2021 lalu. Sebagai implementasi rencana tersebut pada 24 Januari 2022 lalu, Jokowi telah melakukan groundbreaking industri hilirisasi coal to DME di Bukit Asam.
Bahlil Lahadalia selaku Menteri Investasi mengatakan, dari rencana investasi Air Products sebesar 15 Miliar US Dolar, untuk saat ini sudah terealisasi tahap pertama sebesar 7 miliar alias Rp 12,2 Triliun (Angka ini berdasarkan asumsi kurs Rp 14.667/USD). Bahlil menyebutkan tentang project DME, metanol di Balongan dan mau membangun juga metanol di Cepu, sisanya pihaknya akan membuat hidrogen yang akan dibangun di Indonesia dengan memanfaatkan bendungan-bendungan yang dimiliki negara.
Dari hasil diskusi Presiden dengan CEO Air Products, terdapat juga rencana akan membangun industri dari hulu ke hilir di bidang petrokimia. Kini tugas pemerintah Indonesia adalah harus segera melakukan eksekusi. Karena uangnya sudah ada, proyeknya juga sudah ada. Bahlil menilai pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Seifi ini menunjukkan bahwa investasi di Indonesia tidak hanya dikuasai suatu negara tertentu tapi sudah merata.
Presiden Jokowi dan sejumlah pimpinan negera ASEAN bertemu dengan para pengusaha Amerika Serikat (AS) di Intercontinental the Willard Hotel, Washington DC. Dalam sambutannya, Jokowi menyampaikan bahwa Indonesia sebagai Presidensi G20, ingin memastikan agar G20 dapat bekerja sebagai katalisator pemulihan ekonomi global, terutama bagi kemajuan negara-negara berkembang. Jokowi juga mengharapkan kerja sama konkret yang menguntungkan dengan ASEAN, khususnya Indonesia.
Khusus dengan Indonesia, Jokowi menekankan potensi kekuatan Indonesia dalam penyediaan bahan baku industri penyediaan energi hijau dan ekonomi digital. Mantan Walikota Surakarta tersebut menjelaskan, sebagai salah satu negara penghasil bijih nikel terbesar di dunia, Indonesia berkembang pesat dalam industri besi dan baja. Saat ini Indonesia menjadi negara penghasil besi baja stainless terbesar kedua di dunia.
Menurut Jokowi, Indonesia juga kaya akan tambang seperti tembaga dan bauksit untuk alumunium, yang akan menjadi tulang punggung industri energi baru dan terbarukan, termasuk baterai lithium dan mobil listrik. Selain itu, Indonesia juga sangatlah kaya dengan potensi energi hijau. Pembangkit listrik tenaga hidro, surya dan geotermal yang sangat melimpah.
Pihaknya memastikan bahwa produksi barang penting akan dihasilkan dari pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Jokowi juga mengundang para pelaku bisnis di Amerika untuk berinvestasi di Indonesia.
Jokowi menambahkan, Indonesia juga serius dalam pengembangan ekonomi digital yang adil dan bermanfaat bagi semua. Saat ini, Indonesia memiliki 2.346 start-up, terbanyak ke-lima di dunia. Dirinya juga berharap akan adanya kontribusi pebisnis Amerika dalam pengembangan infrastruktur digital, memfasilitasi digital capacity-building, serta mendukung Indonesia untuk masuk ke dalam global value chain melalui digitalisasi.
Dalam kesempatan pertemuan tersebut, tampak hadir Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo, US ASEAN Business Council Ted Osius, Utusan khusus untuk Perubahan Iklim John Kerry dan sejumlah pimpinan perusahaan AS antara lain Google, Chevron, Boeing, Qualcomm, ConocoPhilips, Marriot International dan lainnya. Presiden Jokowi juga tampak didampingi oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Rento Marsudi dan Duta Besar RI untuk AS Rosan Roeslani.
Pemerintah menargetkan realisasi investasi sebesar Rp 1.800 hingga Rp 1.900 triliun pada tahun depan. Angka ini tentu lebih tinggi dibandingkan dengan target tahun ini yang mencapai Rp 1.200 triliun. Pemerintah juga akan terus menggarap proyek investasi secara serius, sehingga investor tidak akan ragu untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Realisasi investasi ini tentu saja menjadi angin segar bagi kebangkitan ekonomi nasional.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers
(AK/AA)