Jakarta, suarapapuanews– Pelonggaran aktivitas masyarakat saat Idul Fitri diyakini mampu meningkatkan perekonomian dengan sangat cepat. Kendati demikian, masyarakat diminta untuk tetap taat Prokes.
Pandemi telah membuat perekonomian masyarakat lesu. Kelesuan ekonomi muncul karena banyak perusahaan yang terpaksa memotong gaji pegawai agar bisa bertahan. Selain itu para pedagang juga mengeluh jualannya sepi karena masyarakat memilih untuk membeli sembako dan kebutuhan pokok lain, dan mengurangi jajan di luar.
Akan tetapi keadaan berangsur-angsur membaik. Saat di akhir Ramadhan dan Libur Lebaran, pasar dan mall kembali semarak. Masyarakat mulai dapat kembali berbelanja kebutuhan untuk menyemarakkan hari raya, mulai dari kue kering, dan berbagai kebutuhan lainnya. Perekonomian kembali sehat karena perputaran uang juga makin kencang.
Direktorat Jenderal Pembendaharaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menyebutkan momentum Idul Fitri 1443 H/2022 tahun ini akan berdampak pada peningkatan ekonomi. Momentum Lebaran menjadi akselerator peningkatan ekonomi. Terlebih Tunjangan Hari Raya (THR) telah diberikan. THR sebesar 1 kali gaji ditambah 50% menjadi bantalan ekonomi untuk memperkuat daya beli.
Idul Fitri tahun 2022 ini benar-benar jadi pengungkit perekonomian negara. Hanya dalam beberapa hari, terjadi perputaran uang sebesar 42 trilliun rupiah. Jumlah ini tentu amat fantastis karena naik berkali-kali lipat daripada tahun lalu. Perekonomian Indonesia pada kuartal ke-II tahun 2022 bisa naik sebesar 7% karena peningkatan ekonomi saat libur Lebaran.
Kenaikan perputaran uang wajar terjadi karena masyarakat sudah diperbolehkan mudik. Mereka membayar tiket kereta api, bus, atau pesawat. Juga membeli makanan untuk oleh-oleh, baju baru, kue kering, dan lain-lain. Dengan banyaknya transaksi maka perputaran uang akan berlangsung lebih cepat, sehingga perekonomian negara akan meningkat.
Roda ekonomi Indonesia memang harus digulirkan terus-menerus karena jika dibiarkan saja akan berbahaya, dan bisa memicu krisis keuangan. Cara untuk menggerakkan roda perekonomian tentu dengan menyemarakkan pasar dan memperbanyak transaksi, baik tunai atau transfer. Ketika masyarakat belanja dengan nominal besar maka akan sangat bagus bagi perekonomian negara.
Jika pasca libur Lebaran roda perekonomian tetap berjalan lancar maka kita optimis keadaan akan kembali seperti sebelum pandemi, bahkan akan lebih baik lagi. Ketika perekonomian pulih maka akan bernafas lega karena selamat dari ancaman resesi yang mengerikan. Kita tidak akan bangkrut karena perputaran uang berlangsung cepat dan masyarakat terbukti masih doyan belanja.
Banyaknya uang yang dibelanjakan oleh masyarakat jangan dipandang sebagai hal negatif karena bukanlah suatu pemborosan. Belanja besar-besaran itu sudah biasa dilakukan dari tahun ke tahun. Selain dari THR, masyarakat (terutama yang tinggal di desa) juga punya tabungan uang tunai dan sembako, sehingga jelang Lebaran bisa digunakan untuk merayakan Idul Fitri dengan meriah.
Dengan peningkatan ekonomi, ditambah dengan turunnya kurva pasien Corona, maka kita optimis Indonesia akan lebih sehat lagi. Baik dari Covid maupun dari kelesuan ekonomi. Jika banyak yang belanja saat libur Lebaran maka membuktikan bahwa masyarakat tetap kuat perekonomiannya walau masih pandemi.
Idul Fitri tahun 2022 berasa sangat manis karena bisa dirayakan di kampung halaman dan orang-orang mudik dengan bahagia. Pemerintah juga senang karena masyarakat membelanjakan uangnya sehingga roda perekonomian negara bergulir dengan cepat. Dengan adanya momentum ini, maka perekonomian rakyat yang selama ini terimbas pandemi Covid-19 akan kembali pulih seperti sedia kala.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers
(AS/AA)