Jakarta, suarapapuanews– Keutuhan Indonesia adalah sesuatu yang harus dipertahankan. Salah satu cara untuk merekatkan keutuhan bangsa adalah dengan moderasi beragama.
Indonesia adalah negara yang bersatu walau memiliki suku-suku yang berbeda-beda. Namun sayangnya sejak era reformasi muncul kelompok radikal dan oknum lain yang berusaha menghancurkan negeri ini. Mereka sengaja melakukannya agar bisa jadi pemimpin baru, meski dengan cara-cara yang amat licik.
Jika Indonesia hancur maka akan sengsara karena keadaannya bisa lebih parah daripada era awal pandemi. Oleh karena itu sebagai warga negara yang baik maka kita wajib untuk menjaga keutuhan bangsa. Salah satunya adalah dengan moderasi beragama, yakni sikap untuk beragama di tengah-tengah, tidak ekstrim kanan maupun kiri melainkan penuh dengan toleransi.
Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin menyatakan bahwa moderasi beragama penting di tengah keberagaman Indonesia. Sebab keberagaman menjadi dasar untuk menjaga keutuhan sikap bangsa. Beliau berharap sikap moderat (moderasi beragama) menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk menjaga keutuhan sekaligus kebhinekaan Indonesia yang berlandaskan pancasila dan UUD 1945.
Dalam artian, moderasi beragama penting untuk disebarkan di seluruh Indonesia, sehingga seluruh rakyat memahaminya. Jika mereka sudah tahu bagaimana cara beragama yang baik, yang tidak hanya membina hubungan baik dengan Tuhan tetapi juga dengan sesama manusia, maka mereka akan saling menghormati. Penyebabnya karena paham bahwa hubungan dengan semua orang perlu dijaga meskipun keyakinannya berbeda.
Toleransi dan pemahaman bahwa perbedaan itu tidak dipermasalahkan adalah salah satu inti dari moderasi beragama. Jika masyarakat sudah paham moderasi beragama maka ia tidak membenci orang yang berbeda keyakinannya. Penyebabnya karena memang di Indonesia ada 6 agama yang diakui oleh pemerintah. Lagipula perbedaan keyakinan bukanlah halangan untuk bekerja sama, karena mereka yang berbeda akidah adalah saudara dalam kemanusiaan.
Ketika seseorang sudah memahami moderasi beragama maka ia tidak mau terseret arus ekstrim kanan atau kiri, juga tidak mau kena radikalisme. Ia paham bahwa segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik sehingga menolak ekstrimisme dan radikalisme. Lagipula ia tidak mau berdekatan dengan radikalisme karena menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginannya, termasuk dengan kekerasan dan pengeboman.
Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin melanjutkan, dalam menerapkan moderasi beragama pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Akan tetapi wajib berkolaborasi dengan semua pihak, termasuk masyarakat. Dalam artian warga diharap membantu pemerintah untuk menerapkan moderasi beragama sehingga keutuhan bangsa ini tetap terjaga.
Masyarakat menerapkan moderasi beragama dengan cara mengendalikan emosi. Ketika ada perayaan umat dengan keyakinan lain maka tidak marah karena paham bahwa mereka sedang bahagia dan berhari raya. Perbedaan itu memang ada tetapi tidak untuk dibesar-besarkan dan memicu gesekan.
Selain itu masyarakat juga terus berhati-hati. Meski sudah berusaha menerapkan mdoerasi beragama tetapi tetap saja ada hoax, propaganda, dan usaha-usaha lain dari kelompok radikal untuk memecah-belah bangsa. Mereka berhati-hati terutama di hari raya agar tidak kejeblos dan berteman dengan anggota kelompok radikal.
Moderasi beragama adalah kunci untuk menjaga keutuhan bangsa. Jika semua kalangan masyarakat menerapkan moderasi beragama maka bangsa ini akan utuh dan damai tanpa adanya kerusakan akibat provokasi.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers
(MH/AA)