Jakarta, jurnalredaksi– Radikalisme dan ekstremisme masih menjadi ancaman nyata bagi keutuhan NKRI. Oleh sebab itu, diperlukan moderasi beragama guna mencegah ekstremisne dan radikalisme.
Radikalisme dan terorisme adalah paham yang harus diwaspadai karena jangan sampai meracuni masyarakat. Penyebabnya karena jika seseorang sudah tercuci otaknya oleh radikalisme maka ia berpandangan sempit dan tidak menghargai adanya perbedaan. Padahal Indonesia adalah negara pluralis dan ada 6 keyakinan yang diakui oleh negara. Jangan sampai negeri ini hancur gara-gara rakyatnya jadi radikal dan saling menyerang ke sesama manusia karena selalu melihat perbedaan sebagai hal yang negatif.
Untuk mencegah radikalisme dan terorisme maka kita wajib memahami moderasi beragama. Penyebabnya karena ketika seseorang paham moderasi beragama maka ia berada di tengah-tengah dan tidak terseret oleh ekstrimisme, serta memahami bahwa perbedaan adalah hal yang wajar.
Kementerian agama mencanangkan tahun 2022 sebagai tahun toleransi beragama. Seluruh rakyat, terutama ASN, wajib mengimplementasikan moderasi beragama. Tujuannya agar bisa hidup damai tanpa radikalisme.
Untuk melawan radikalisme, moderasi beragama memang wajib disiarkan. Tak hanya dilihat tetapi juga dipahami. Jika semua rakyat mengimplementasikan moderasi beragama maka mereka makin taat beribadah sekaligus menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, walau keyakinannya berbeda.
Toleransi adalah salah satu ajaran inti dari moderasi beragama. Jika banyak yang bertoleransi maka mereka saling menghormati. Misalnya saat ada hari raya umat dengan keyakinan lain, tidak akan marah-marah. Penyebabnya karena mereka paham bahwa perbedaan itu ada dan tidak usah dibesar-besarkan, ketika ada yang menyambut hari rayanya dengan meriah maka dibiarkan saja.
Jika banyak orang sudah memahami moderasi beragama maka tidak akan terseret arus radikalisme. Penyebabnya karena mereka paham bahwa seorang umat yang taat pada agamanya juga harus bergaul dengan semua kalangan. Tidak hanya ke mereka yang seagama tetapi juga yang berbeda.
Ketika toleransi antar agama sudah terwujud maka rencana kelompok radikal untuk mengadu domba akan gagal total. Kelompok radikal dan teroris tidak bisa mengacak-acak perdamaian di negeri ini karena masyarakat tetapi solid dan bersatu dalam persaudaraan, walau keyakinannya berbeda. Mereka paham bahwa yang tidak satu keyakinan adalah saudara dalam kemanusiaan.
Kelompok radikal tidak bisa mempengaruhi atau mencuci otak masyarakat untuk mengadakan pengeboman di bulan desember atau di momen tahun baru. Penyebabnya karena warga sadar akan perbedaan keyakinan dan pemahaman. Mereka tidak mau dijadikan kader radikal karena sudah hafal ciri-ciri kelompok radikal yang selalu mengutamakan jihad, padahal berada di jalur yang salah.
Masyarakat yang sudah paham akan moderasi beragama akan mencegah radikalisme. Mereka menolak hoaks dan propaganda yang tersebar di dunia maya. Ketika ada berita hoaks yang dibuat oleh kelompok radikal maka mereka melapor ke polisi siber.
Moderasi beragama bisa mencegah ekstrimisme dan radikalisme. Kedua paham ini berbahaya karena bisa menghancurkan perdamaian dan merusak Indonesia. Masyarakat memviralkan moderasi beragama agar makin banyak yang memahaminya dan menolak radikalisme mentah-mentah. Mereka paham bahwa radikalisme dan terorisme adalah paham yang salah.
)* Penulis adalah kontributor Nusa Bangsa Institute
(ZW/AA)