Jakarta, suarapapuanews– Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua banyak ditinggal pengikutnya karena menyerahkan diri ke pelukan ibu pertiwi. Kembalinya mereka ke NKRI adalah hal positif karena sadar bahwa membelot adalah kesalahan besar.
Papua dikenal dengan Raja Ampat dan Gunung Jayawijaya, akan juga dikenal dengan KST. Mereka melakukan pemberontakan karena masih saja tidak percaya akan hasil Pepera (penentuan pendapat rakyat), yang menyatakan bahwa mayoritas warga Bumi Cendrawasih ingin ikut Indonesia. Padahal peristiwa itu sudah ada sejak puluhan tahun lalu.
Tahun terus bergulir dan KST memang masih ada tetapi mereka makin lemah karena ditinggal oleh pengikutnya. Dua anggota KST, Natalis Watora (25) dan Engel Feneteruma (31) menyerahkan diri ke Makoramil 1804-7/Kambrauw. Letkol Inf. Chairil Suhanda, Komandan Distrik Militer 1804/ Kaimana menyatakan bahwa kedua anggota KST merupakan bagian dari kelompok batalyon Somb Winan.
Letkol Inf Chairil melanjutkan, Natalis dan Engel ketakutan dan lemas karena tidak makan. Mereka lari dari kelompok Jonair Waga dan merasa terlantar, hingga akhirnya melarikan diri. Kemudian mereka dibawa ke Kodim untuk dimintai keterangan dan menyerahkan diri ke aparat keamanan.
Kelompok Jonair Waga patut diwaspadai karena berencana akan melakukan aksi di dekat Yonif 764/IB. Dengan adanya keterangan dari Engel dan Natalis maka aparat yang diuntungkan karena bisa bersiap sebelum benar-benar terjadi serangan KST.
Jika ada anggota KST yang menyerahkan diri maka sangat bagus karena kelompok ini makin ditinggal oleh pengikutnya. Dari keterangan Engel dan Natalis maka bisa disimpulkan bahwa mayoritas mereka jadi pengikut KST karena jadi korban propaganda. Sedangkan saat sudah jadi anggota malah ditelantarkan sehingga akhirnya banyak yang lari dan minta pertolongan ke aparat keamanan.
Ketika ada anggota KST yang lari maka jadi kemunduran bagi mereka, karena personelnya satu-persatu kabur. Apalagi yang menyerahkan diri ke aparat adalah yang masih berusia muda. Sehingga sisa personel diperkirakan yang tua-tua dan lemah jika melakukan serangan. Hal ini sangat positif karena kekuatan KST jadi melemah.
Jika yang melarikan diri dari KST makin banyak maka akan sangat jadi kemunduran bagi mereka, karena personelnya terus berkurang. Lama-lama yang tersisa hanya anggota lama dan mudah dibekuk oleh Tim Satgas Operasi Damai Cartenz. KST akan dengan mudah dibubarkan karena anggotanya hanya sedikit.
Sedikitnya anggota tidak akan bertambah karena personel KST yang menyerahkan diri akan bercerita ke keluarga dan tetangganya, bahwa jadi anggota kelompok pemberontak itu tidak enak. Buktinya adalah mereka ditelantarkan sampai tidak bisa makan. Oleh karena itu jika ada pengkaderan anggota baru (yang rata-rata masih remaja) akan tidak mau untuk bergabung dengan KST karena sama saja dengan menyengsarakan diri sendiri.
Selain itu, saat ada anggota KST yang menyerahkan diri ke pangkuan ibu pertiwi maka amat bagus karena ia bisa jadi informan. Buktinya Engel cs memberi kabar bahwa KST akan melakukan serangan dan bisa saja digagalkan karena kesigapan petugas. Dengan begitu maka kemenangan akan ada di pihak TNI dan KST tidak bisa berkutik karena pihak aparat lebih menang senjata api dan pengalaman.
Ketika ada anggota KST yang kabur dan menyerahkan diri ke aparat keamanan maka menjadi bukti bahwa kelompok pemberontak itu makin lemah dan hanya bermulut besar dengan menjanjikan kemerdekaan Papua. Padahal memberi makan anggotanya saja tidak becus dan mereka akhirnya lari tunggang-langgang. Semoga makin banyak yang menyerahkan diri agar KST bisa lekas dibubarkan.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta
(SK/AA)